POSKOTA.CO.ID - Dunia sinema Indonesia kembali menghadirkan sebuah karya yang memadukan drama sosial, ketegangan psikologis, dan latar distopia urban melalui film bertajuk “Pengepungan di Bukit Duri”.
Film ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga refleksi atas kekacauan sistem sosial dan pendidikan di masa depan, dengan latar tahun 2027.
Dibintangi oleh aktor kenamaan Morgan Oey sebagai tokoh utama bernama Edwin, film ini mengajak penonton menyelami pergolakan batin seorang guru yang menyimpan rahasia besar di tengah kondisi masyarakat yang sedang runtuh secara struktural.
Baca Juga: Waspada! OJK Temukan 10 Pinjol Ilegal di Februari 2025, Ini Daftar Rentenir Online Berbahaya
Konflik Bermula: Identitas Seorang Guru atau Seorang Pencari?
Cerita berpusat pada sosok Edwin, seorang pria tenang dan tampak biasa, yang mengambil pekerjaan sebagai guru di sebuah institusi pendidikan bernama SMA Duri.
Namun, kehadiran Edwin di sekolah tersebut bukanlah karena panggilan profesi semata. Di balik profesinya sebagai pendidik, ia tengah menjalankan misi pribadi—mencari keponakannya yang hilang secara misterius sejak beberapa waktu lalu.
Edwin telah menyusuri hampir seluruh sekolah di kawasan Jakarta Timur, dan hanya SMA Duri yang tersisa sebagai lokasi pencarian.
Dengan harapan samar, ia melamar sebagai guru dan diterima di institusi yang sudah lama dikenal sebagai “tempat buangan” bagi siswa-siswa yang ditolak oleh sekolah lain.
SMA Duri bukan sekadar tempat belajar, melainkan ladang kekacauan yang menampung anak-anak muda dari berbagai latar belakang sosial bermasalah.
SMA Duri: Mikrokosmos Ketimpangan dan Kekerasan Struktural
Sekolah ini memiliki reputasi kelam kekerasan fisik antar siswa, intimidasi antar geng pelajar, hingga konfrontasi brutal di dalam dan luar kelas telah menjadi keseharian yang nyaris dianggap normal.
Para guru kehilangan wibawa dan otoritas, bahkan takut menghadapi murid-murid mereka. Lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi ruang aman dan pembinaan justru menjadi zona konflik, seperti simulasi kecil dari masyarakat yang sedang retak di luar tembok sekolah.