POSKOTA.CO.ID - Film yang saat ini menjadi sorotan hangat ialah Pengepungan di Bukit Duri karya dari Joko Anwar.
Dalam Instagramnya, Joko mengungkapkan bahwa film ke-11 nya ini ingin kembali kepada kecintaannya terhadap musik pasalnya ia memilih original soundtrack atau OST yang bernuansa pop, rock dan alternatif.
“Seperti yang pernah saya bilang di film ke-11 saya ingin kembali ke cinta saya buat musik. Di Pengepungan di Bukit Duri saya bekerja sama dengan banyak musisi hebat di Indonesia,” ucap Joko.
Tak hanya soal musik dan cerita dalam film. Banyak warganet yang memberikan review bagus terhadap film ini.
Baca Juga: Alasan Latar Waktu Film Pengepungan di Bukit Duri Tahun 2027, Ini Kata Joko Anwar
Respon Warganet

DI platform media sosial X, warganet memberikan sebuah review setelah menonton film tersebut. Bahkan banyak komentar yang mengungkapkan bahwa film ini sangat bagus.
“Sajian thriller nan provokatif dan relevan berdiri tegak ini bahkan lebih ‘horor’ ketimbang film horor,” tulis seorang warganet.
“Jantung dag-dig-dug sekaligus marah, kekacauan hebat yang ngasih peringatan tegas tentang apa yang mungkin terjadi dengan Indonesia di masa mendatang,” sambungnya.
Selain itu, warganet menyoroti tentang adegan per adegan yang dinilai brutal tetapi memberikan pesan yang kuat.
Baca Juga: Alasan Latar Waktu Film Pengepungan di Bukit Duri Tahun 2027, Ini Kata Joko Anwar
“Yang dibakar tolong deh, gue sakit hati,” ungkap warganet.
“Beneran bikin shock dan marah sih,” sahut warganet.
Selain itu, ada juga yang menyoroti terkait latar tahun dari film ini yang terasa dekat.
“Deket amat yah tahunnya 2027,” kata warganet.
Baca Juga: Daftar OST Film Pengepungan di Bukit Duri, Netizen: Asoy Dibikin Konser!
Lebih lanjut, banyak warganet yang memberikan pujian pada sang sutradara karena telah menyajikan cerita film yang bagus.
“Kok bisa mas Joko Anwar bikin film se bagus ini. Bukan film horor tapi bikin deg degan dan takut sepanjang film,” tulis warganet.
“Film Pengepungan di Bukit Duri memberikan gambaran terkait rasisme, kekerasan, homopobia, queerpobia, sama misoginis,” kata seorang warganet.
“Pengepungan di Bukit Duri seru banget,” pungkas warganet.