POSKOTA.CO.ID - Dalam salah satu episode podcast CURHAT BANG Denny Sumargo yang tayang di kanal YouTube-nya, dua perempuan bernama Raena dan Reni mengungkap kisah memilukan yang terjadi lebih dari dua dekade lalu.
Ayah mereka, Haji Sopandi, ditemukan tewas secara tragis di Goa Kramat, Cimerak, Ciamis, Jawa Barat. Kasus ini sempat menghilang dari sorotan publik, namun kini kembali menarik perhatian setelah pengakuan keduanya viral di media sosial.
Menurut penuturan Reni, sang kakak, kejadian itu terjadi pada tahun 2000 ketika ia masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas (SMA).
Saat itu, Haji Sopandi yang dikenal sebagai sosok pekerja keras dan religius, menghilang selama sepuluh hari bersama sopir pribadinya. Keberadaan keduanya baru terungkap ketika jasad mereka ditemukan dalam kondisi mengenaskan di dalam goa.
Pembunuhan Sadis oleh Rekan Kerja
Reni menjelaskan bahwa ayahnya dibunuh oleh rekannya sendiri, yang disebut berinisial A, bersama delapan orang lainnya.
Para pelaku mengeksekusi korban secara keji: leher Haji Sopandi nyaris putus, wajah dan kakinya dihancurkan agar tidak dikenali.
Tidak hanya itu, sopir sang ayah turut menjadi korban dalam kejadian tersebut. Kekejaman para pelaku menimbulkan trauma mendalam bagi keluarga korban, terutama bagi Reni yang saat itu sudah cukup besar untuk memahami apa yang terjadi.
Sementara itu, adiknya Raena, masih bayi berusia empat bulan ketika tragedi itu berlangsung. Dalam pengakuannya, Raena mengira selama ini bahwa pamannya adalah ayah kandungnya karena keluarga tak pernah membicarakan secara terbuka tentang kematian Haji Sopandi.
Fakta bahwa ia baru mengetahui kebenaran setelah dewasa menunjukkan besarnya luka batin yang coba disembunyikan keluarga selama bertahun-tahun.
Goa Kramat Cimerak, Lokasi yang Menyimpan Duka
Goa Kramat di Cimerak, Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai tempat yang memiliki nilai mistis bagi masyarakat setempat.
Namun, lokasi tersebut menjadi saksi bisu salah satu kasus pembunuhan paling sadis pada awal milenium. Keputusan para pelaku membawa korban ke lokasi terpencil seperti Goa Kramat memperkuat dugaan bahwa pembunuhan ini sudah direncanakan dengan matang.
Pihak kepolisian saat itu menangkap sejumlah tersangka, termasuk A dan delapan orang lainnya, namun menurut Reni, hingga kini ia belum tahu siapa dalang utama atau otak dari pembunuhan tersebut.
"Kami hanya tahu mereka ditangkap, tapi siapa yang menyuruh dan motif utamanya masih menjadi misteri bagi keluarga kami," ujar Reni.
Motif dan Dugaan Finansial
Meski tidak dijelaskan secara rinci dalam podcast tersebut, disebutkan bahwa sang ayah membawa uang sebesar Rp130 juta saat menghilang.
Nilai yang cukup besar pada masa itu memunculkan dugaan bahwa motif utama pembunuhan adalah perampokan dan pengkhianatan rekan bisnis. Namun, karena keterbatasan akses informasi dan trauma keluarga, kasus ini belum mendapatkan kejelasan secara menyeluruh.
Jejak Trauma yang Membekas
Bagi Reni dan Raena, kehilangan ayah secara tragis bukan sekadar kehilangan sosok kepala keluarga. Mereka juga harus hidup dalam kebingungan identitas dan luka emosional.
Raena baru mengetahui tentang pembunuhan tersebut ketika sudah cukup dewasa, sementara Reni menyimpan trauma sejak remaja.
Pengungkapan mereka dalam podcast Denny Sumargo bukan hanya bentuk keberanian, tetapi juga harapan untuk membuka kembali kasus ini agar keadilan ditegakkan sepenuhnya.
“Selama ini kami pendam semuanya. Sekarang kami hanya ingin ayah mendapatkan keadilan, dan publik tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tutur Raena dalam salah satu segmen podcast.
Respons Publik dan Harapan Keadilan
Setelah episode tersebut viral, banyak warganet memberikan dukungan moral kepada Raena dan Reni. Tidak sedikit pula yang mendesak agar pihak berwenang mengkaji ulang kasus tersebut demi keadilan yang belum sepenuhnya ditegakkan.
Beberapa komentar di media sosial menyuarakan bahwa pengungkapan seperti ini seharusnya menjadi pemicu aparat penegak hukum untuk menggali kembali kasus-kasus lama yang mungkin belum tuntas secara hukum.
Denny Sumargo selaku host juga memberikan tanggapan penuh empati dan menegaskan bahwa podcast-nya bukan hanya ruang hiburan, tetapi juga platform penyampaian suara-suara yang jarang terdengar.
Kisah Raena dan Reni menjadi salah satu testimoni kuat bagaimana media digital dapat berperan sebagai corong keadilan.
Tragedi yang menimpa Haji Sopandi dan keluarganya adalah refleksi dari kompleksitas kejahatan yang bisa terjadi di sekitar kita, bahkan dari orang-orang terdekat.
Dalam kasus ini, pengkhianatan oleh rekan kerja, kekerasan brutal, dan minimnya informasi pasca-kejadian menambah luka yang belum sembuh dalam keluarga korban.