
Proses Verifikasi dan Pentingnya Akurasi Data
Keakuratan data menjadi elemen krusial dalam penentuan status "Ya" pada PKH. Pemerintah berupaya memastikan bahwa bantuan sosial tersalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
Oleh karena itu, proses verifikasi dilakukan dengan cermat. Petugas PKH, yang biasanya disebut sebagai pendamping sosial, memiliki peran besar dalam memastikan bahwa informasi yang tercatat sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
Mereka memeriksa apakah keluarga memiliki anak yang masih bersekolah, apakah ada anggota keluarga yang sedang hamil, atau apakah terdapat lansia yang memerlukan perhatian khusus.
Jika ditemukan ketidaksesuaian, seperti data yang tidak lengkap atau kondisi keluarga yang tidak lagi memenuhi kriteria, status "Ya" dapat ditinjau ulang.
Dalam beberapa kasus, keluarga yang awalnya berstatus "Ya" bisa berubah menjadi "Tidak" jika mereka dinilai telah keluar dari kategori miskin atau tidak lagi memenuhi syarat lain.
Proses ini menunjukkan bahwa status dalam PKH bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu berdasarkan hasil pemutakhiran data.
Baca Juga: Dana Subsidi Bansos PKH Tahap 2 Tahun 2025 Cair Rp750.000, NIK e-KTP Gagal Lolos DTSEN
Dampak Status "Ya" bagi Penerima Manfaat
Mendapatkan status "Ya" dalam PKH membawa dampak signifikan bagi keluarga penerima. Pertama, keluarga tersebut akan menerima bantuan tunai yang jumlahnya bervariasi tergantung pada komponen yang dimiliki.
Misalnya, keluarga dengan anak sekolah akan menerima bantuan untuk mendukung biaya pendidikan, sementara keluarga dengan ibu hamil akan mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.
Bantuan ini disalurkan secara berkala, biasanya setiap tiga bulan, dan dapat digunakan untuk kebutuhan pokok, pendidikan, atau kesehatan.
Kedua, status "Ya" juga memberikan akses kepada keluarga untuk mengikuti kegiatan pendampingan yang diselenggarakan oleh PKH.