Taman Safari Indonesia pertama kali dibuka pada 1986. Didirikan di atas lahan seluas 50 hektare yang kini berkembang menjadi ratusan hektare, kawasan ini dirancang menyerupai habitat alami satwa liar.
Tidak seperti kebun binatang konvensional, Taman Safari mengusung konsep di mana pengunjung bisa menyaksikan hewan berkeliaran secara bebas dari dalam kendaraan.
Menurut buku "Tiga Macan Safari", transisi dari sirkus ke taman konservasi bukan hal yang mudah. Selain tantangan finansial, keluarga Manansang juga menghadapi resistensi dari pihak-pihak yang masih menganggap sirkus sebagai hiburan utama.
Namun, mereka tetap berkomitmen membangun pusat konservasi yang berfokus pada pelestarian, edukasi, dan penelitian.
Ekspansi Nasional dan Internasional
Kesuksesan Taman Safari Indonesia di Bogor menjadi titik awal ekspansi besar-besaran. Saat ini, Taman Safari Group telah memiliki beberapa unit konservasi lain, antara lain:
- Taman Safari Indonesia II di Prigen, Pasuruan, Jawa Timur
- Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Bali
- Batang Dolphin Center di Jawa Tengah
- Jakarta Aquarium & Safari di Neo Soho Mall, Jakarta
Masing-masing unit memiliki spesialisasi dan pendekatan konservasi yang unik. Bali Safari, misalnya, menggabungkan konservasi dengan budaya lokal, sementara Jakarta Aquarium memadukan kehidupan bawah laut dengan teknologi interaktif.
Peran Tiga Generasi Keluarga Manansang
Walaupun perusahaan saat ini telah berkembang dengan manajemen yang lebih profesional dan struktur korporasi modern, peran keluarga Manansang tetap sentral.
Jansen Manansang masih aktif sebagai penggerak utama dan bahkan pernah dianugerahi gelar “Father of Wildlife Conservation” atas kontribusinya dalam dunia pelestarian satwa.
Kini, tongkat estafet mulai dilanjutkan oleh generasi ketiga. Willem Manansang, putra dari Jansen, turut terlibat dalam pengelolaan dan strategi pengembangan Taman Safari Group.
Dengan latar belakang pendidikan modern dan wawasan internasional, Willem membawa semangat baru ke dalam perusahaan keluarga ini.
Kontroversi dan Tuduhan Eksploitasi
Meski memiliki citra yang kuat sebagai lembaga konservasi, Taman Safari Indonesia baru-baru ini diterpa isu miring. Sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia mengaku mengalami penyiksaan dan eksploitasi saat menjadi bagian dari pertunjukan pada dekade 1970-an.
Tuduhan tersebut viral di media sosial dan memunculkan berbagai spekulasi mengenai masa lalu OCI dan keterkaitannya dengan pendirian Taman Safari.