POSKOTA.CO.ID - Bisnis kuliner bukan semata soal resep dan rasa. Di balik popularitas sebuah merek, sering tersembunyi dinamika kompleks, mulai dari relasi bisnis, pembagian peran, hingga ego personal.
Hal ini tercermin dalam kisah panas yang tengah menimpa komika sekaligus pengusaha kuliner, Tretan Muslim, melalui lini usahanya yang dikenal luas: Bebek Carok.
Konflik internal yang menyeret nama konten kreator King Abdi belakangan ini menjadi sorotan warganet. Isu tentang kontribusi, klaim resep, hingga dugaan pemutusan hubungan sepihak mencuat, mengaburkan batas antara fakta dan asumsi publik.
Untuk menjernihkan perdebatan, Tretan Muslim akhirnya merilis klarifikasi melalui kanal YouTube resminya.
Baca Juga: Sinopsis Lengkap Film Sosial-Politik Terbaru Joko Anwar: Pengepungan di Bukit Duri 2025
Awal Mula Bebek Carok: Antara Visi Dua Orang dan Tanpa 'Queen'
Dalam video berdurasi lebih dari 30 menit tersebut, Tretan Muslim menjelaskan secara sistematis bagaimana bisnis Bebek Carok dirintis.
Ia menegaskan bahwa sejak awal, usaha ini hanya digagas oleh dua orang: dirinya dan satu partner inti. Tidak ada keterlibatan pihak ketiga, apalagi sosok yang kini dikenal publik sebagai "Queen" julukan sarkastik yang diduga ditujukan kepada King Abdi.
"Bisnis ini kami mulai dari nol. Hanya saya dan satu partner. Tidak ada Queen, tidak ada pihak ketiga," ujar Muslim dengan nada tegas.
Menurut pengakuannya, keterlibatan King Abdi baru terjadi setelah partner-nya mengajak figur tersebut untuk ikut andil dalam sisi riset dan pengembangan (Research and Development/RnD), bukan sebagai pendiri maupun pemilik saham.
Peran King Abdi: Antara Kontributor Konsep dan Kompensasi Pribadi
King Abdi, sebagaimana dijelaskan oleh Tretan Muslim, memang memberikan beberapa ide dalam proses kreatif, terutama menyangkut konsep penyajian makanan.
Ia disebut berkontribusi dalam ide penyajian dengan cobek besar serta tampilan bebek yang digantung, yang kini menjadi ciri khas Bebek Carok.
Namun demikian, Tretan Muslim menekankan bahwa tidak pernah ada kesepakatan bisnis tertulis atau informal yang menyatakan bahwa King Abdi adalah pendiri, pemegang saham, apalagi pemilik dari Bebek Carok.
Bahkan pembagian keuntungan pun, menurutnya, bukan berasal dari keuntungan bisnis secara keseluruhan, melainkan dari partner-nya secara pribadi sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi di awal.
"Dia (King Abdi) mendapatkan 5 persen keuntungan, itu pun bukan dari keseluruhan bisnis, tapi dari bagian partner saya. Jadi ini semacam bentuk apresiasi, bukan hak sebagai pemilik saham," kata Tretan Muslim.
Isu Pemutusan Sepihak: Klarifikasi soal "Didepak dari 11 Cabang"
Salah satu narasi yang paling viral adalah tuduhan bahwa King Abdi didepak dari Bebek Carok saat bisnis tersebut telah berkembang hingga memiliki 11 cabang. Narasi ini menuai simpati dari sebagian warganet yang menilai bahwa kontribusi awal King Abdi tidak dihargai.
Namun, Tretan Muslim memberikan bantahan keras. Ia menyebut bahwa King Abdi justru mundur secara sukarela dan menyampaikan sendiri keinginannya untuk tidak lagi terlibat dalam bisnis ini.
"Dalam pertemuan terakhir kami, dia bilang, ‘Saya tidak ingin lagi terlibat, saya tidak ingin dapat bagian apa pun dari Bebek Carok.’ Itu ucapannya sendiri," tutur Muslim.
Tretan bahkan mengaku sempat mengadakan pertemuan formal antara dirinya, partner bisnis, dan King Abdi untuk membicarakan semua permasalahan yang ada, termasuk soal resep dan kontribusi kerja.
Persoalan Resep: Siapa yang Menciptakan Cita Rasa Bebek Carok?
Selain peran dalam konsep penyajian, King Abdi juga dikabarkan sempat mengklaim bahwa resep masakan Bebek Carok adalah hasil racikannya. Klaim ini menjadi titik panas baru dalam konflik, mengingat cita rasa adalah identitas penting dalam industri kuliner.
Merespons hal tersebut, Tretan Muslim menyampaikan klarifikasi bahwa resep asli Bebek Carok merupakan hasil racikan sang istri, yang sejak awal meracik menu uji coba saat bisnis belum berjalan.
Bahkan King Abdi sendiri, menurut pengakuannya, sempat mencicipi hasil masakan tersebut dan memuji kelezatannya.
"Bahkan partner saya pun meminta King Abdi mencoba membuat versi resepnya sendiri. Kami semua mencicipi, termasuk istri saya, dan hasilnya kurang cocok. Akhirnya resep dari istri saya-lah yang dijadikan standar," jelasnya.
Resep tersebut, lanjut Muslim, juga telah dimasukkan ke dalam dokumen kontrak resmi yang mengikat secara hukum. Hal ini menepis dugaan bahwa formula rasa dapat diklaim secara sepihak.
Baca Juga: Bajak Pesawat, Veteran Militer AS Tewas Ditembak Penumpang
Minimnya Tanggapan Balik dari Pihak King Abdi
Hingga artikel ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak King Abdi terhadap video klarifikasi Tretan Muslim yang telah disertai dengan bukti percakapan, rekaman audio, hingga perjanjian yang sempat dibuat.
Keheningan ini justru memunculkan beragam spekulasi dari publik sebagian menganggap King Abdi tidak mampu menjawab tudingan, sementara yang lain menilai bahwa konflik ini seharusnya diselesaikan secara tertutup.
Tretan Muslim, dalam penutup klarifikasinya, menyampaikan ajakan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh narasi sepihak. Ia menegaskan bahwa setiap kontribusi tetap dihargai, namun kebenaran harus dikedepankan demi mencegah kesalahpahaman yang berkelanjutan.
Kasus ini memberikan pelajaran penting bagi pelaku usaha, khususnya dalam ekosistem kreatif dan digital. Kolaborasi yang dibangun atas dasar kekeluargaan atau pertemanan kerap kali rawan konflik bila tidak disertai kontrak dan dokumentasi yang jelas sejak awal.
Keterbukaan peran, pembagian hak, hingga transparansi kontribusi sangat penting untuk menghindari polemik seperti yang terjadi dalam kasus Bebek Carok.
Di sisi lain, publik sebagai konsumen sebaiknya menempatkan diri secara netral sembari menunggu bukti konkret dari masing-masing pihak.