POSKOTA.CO.ID - Film Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia, pada Kamis, 17 April 2025.
Dengan judul internasional The Siege at Thorn High, film Joko Anwar ini mengangkat kisah yang sarat dengan ketegangan, intrik, dan drama psikologis.
Yang membuat film ini semakin istimewa adalah fakta bahwa naskahnya telah ditulis oleh Joko Anwar sejak tahun 2007.
Namun, demi menghasilkan karya yang lebih matang dan sesuai dengan visi sinematiknya, Joko Anwar memilih untuk menunggu hingga tahun 2025 untuk merealisasikannya.
Penantian panjang ini tampaknya berbuah manis, karena film berdurasi 1 jam 58 menit ini menyajikan kualitas produksi yang sangat solid.
Lantas, bagaimana review film Pengepungan di Bukit Duri? Apakah layak di tonton? Berikut ulasannya seperti dikutip dari kanal YouTube Cine Crib.
Baca Juga: Kapan Film Pengepungan di Bukit Duri Tayang di Bioskop? Simak Jadwalnya
Review Film Pengepungan di Bukit Duri
Film berdurasi 1 jam 58 menit ini merupakan hasil kolaborasi antara rumah produksi lokal Come and See Pictures dan Amazon MGM Studios.
Meski merupakan kisah fiktif, Pengepungan di Bukit Duri jelas mengambil inspirasi dari kenyataan sosial di Indonesia.
Film ini menyajikan adegan-adegan kerusuhan yang intens dan bahkan traumatik, menyiratkan peristiwa kelam masa lalu seperti penjarahan, perusakan properti, hingga konflik horizontal.
Namun, semua kekacauan ini bukan semata-mata dimunculkan untuk sensasi. Joko Anwar menjadikannya sebagai pemantik narasi dari karakter utama, Edwin (Morgan Oey), seorang guru pengganti dengan masa lalu kelam yang datang ke sekolah bermasalah di Bukit Duri.
Latar utama film ini adalah SMA Bukit Duri, sekolah buangan bagi siswa bermasalah yang sudah dikeluarkan dari institusi lain.
Sekolah ini digambarkan seperti penjara: dijaga ketat oleh security berseragam anti, peluru dan berpostur layaknya petarung MMA.
Meski fiktif, lokasi dan suasana sekolah mengingatkan pada realitas sosial tertentu, di mana sistem pendidikan menjadi tempat terakhir bagi anak-anak yang dianggap "tak bisa dibina".
Kontras dengan kenyataa SMA Bukit Duri versi dunia nyata justru dikenal sebagai sekolah unggulan, Joko Anwar menghadirkan versi kelamnya dalam semesta alternatif yang ia bangun sendiri.
Edwin bukan hanya datang untuk mengajar. Di balik kehadirannya di Bukit Duri, ia menyimpan misi pribadi yakni mencari keponakannya yang diyakini bersekolah di wilayah timur.
Lokasi film memang tidak menyebut nama kota secara gamblang, namun atmosfer dan gaya penamaan seperti "Jatenggara" atau "Bukit Duri" memperkuat kesan bahwa ini adalah bagian dari semesta fiksi khas Joko Anwar, seperti yang juga ia bangun dalam Gundala.
Sejak awal film, latar belakang Edwin sudah digambarkan dalam pembuka yang kuat dan mengejutkan, ciri khas lain dari Joko Anwar dalam membangun simpati terhadap protagonis.
Meski menggambarkan sekolah penuh kekacauan, struktur narasi dalam Pengepungan di Bukit Duri tetap rapi.
Sekolah digambarkan masih berfungsi, meskipun hanya diisi oleh dua guru dan beberapa petugas keamanan.
Saat konflik besar meledak, penonton akan dibawa ke dalam situasi mencekam ala "thriller ruang tertutup", mirip dengan film Green Room.
Karakter-karakter terjebak di lokasi saat situasi eksternal makin memburuk. Ketegangan dibangun perlahan, dengan penekanan pada karakterisasi dan dinamika hubungan antar tokoh.
Seperti biasa, Joko Anwar menyisipkan isu sosial dan konteks urban yang membuat semesta film ini terasa hidup.
Dari visualisasi Blok M sebagai daerah pecinan, hingga poster-poster propaganda dan coretan tembok, semuanya ditata dengan detil yang kaya.
Antagonis utama dalam film ini sendiri bukan penjahat super, melainkan para siswa remaja yang tergabung dalam kelompok brutal.
Mirip dengan suasana menakutkan dalam Eden Lake, Joko memberikan latar belakang yang cukup kuat pada mereka, membuat penonton tidak serta merta membenci, tapi memahami.
Meski premisnya terbilang sederhana, Pengepungan di Bukit Duri berhasil dieksekusi dengan sangat matang.
Penulisan skenario, pengembangan karakter, serta desain dunianya terasa solid dan terstruktur.
Ini adalah kisah survival dalam konteks sosial dan kekerasan urban, dibalut dalam atmosfer tegang yang konsisten.
Dengan cerita yang relevan, karakter yang manusiawi, dan penyutradaraan yang presisi, Pengepungan di Bukit Duri menjadi bukti lain bahwa Joko Anwar adalah salah satu sineas terbaik Indonesia saat ini.
Baca Juga: Dimana Lokasi Syuting Film Pabrik Gula yang Viral? Ternyata di Sini Tempatnya, Bikin Merinding
Daftar Pemain Film Pengepungan di Bukit Duri
Adapun daftar lengkap pemain film Pengepungan di Bukit Duri yang sedang tayang di bioskop Indonesia.
- Morgan Oey sebagai Edwin
- Omara N. Esteghlal sebagai Jefri
- Hana Malasan sebagai Diana
- Endy Arfiah sebagai Kristo
- Fatih Unru sebagai Rangga
- Dewa Dayana sebagai Gerry
- Faris FAdjar Munggaran sebagai Raihan
- Florian Rutters sebagai Sim
- Farandika sebagai Jay
- Sandy Pradana sebagai Santo
- Raihan Khan
- Kiki Narendra
- Emir Mahira
- Sheila Kusnadi
- Natalius Cendana
- Bima Azriel
- Landung Simatupang
- Satine Zaneta
Bagi pencinta film thriller penuh tensi, Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar ini adalah tontonan wajib yang menawarkan lebih dari sekadar adrenalin.