Menurutnya, dengan kejadian ini bahwa pihaknya merasa perlu untuk memanggil orang tua keduanya. Kemudian, yang pertama datang ke sekolah setelah dipanggil itu orang tua dari pelaku.
Baca Juga: DLH Pandeglang Dinilai Biarkan Pencemaran Lingkungan seusai TPA Bojong Canar Ditutup
"Lalu, setelah orang tua pelaku melihat luka pada bagian tubuh korban, maka orang tua pelaku menyarankan untuk putus dan berinisiatif untuk menarik diri dari SMAN 3," ujarnya.
Namun, setelah pihaknya menunggu lama orang tua korban, tapi susah untuk dihubungi. Dirinya kemudian berinisiatif untuk menghubungi saudara korban yang ada di wilayah Labuan.
"Nah, setelah datang ke sekolah dan melihat keadaan korban. Saudara dari korban ini maka beliau tidak terima, dan kembali menelpon orang tua korban," tuturnya.
Kemudian lanjut Sri, orang tua korban datang ke sekolah. Oang tua korban tidak terima setelah melihat luka yang diterima sang anak.
Baca Juga: DLH Pandeglang Dinilai Biarkan Pencemaran Lingkungan seusai TPA Bojong Canar Ditutup
"Puncak emosinya ketika korban menunjukan foto hasil dokumentasi pribadinya, ada luka lain di bagian paha. Dari luka itu kejadiannya pada Bulan Ramadhan lalu," ujarnya.
"Kami berusaha menenangkan keluarga korban, setelah ditenangkan, orang tua korban akan menyelesaikan di ranah hukum," sambungnya.
"Kami selaku pihak sekolah sudah berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak. Namun karena melihat kondisi anaknya, kami menyerahkan kembali kepada pihak keluarga korban," sambungnya lagi.
Dan setelah kejadian itu tambah Sri, orang tua pelaku langsung mendatangani surat pengunduran diri dengan alasan untuk memisahkan anaknya agar tidak ada kejadian kekerasan lagi.
"Perlu diketahui bahwa SMAN 3 Pandeglang, sudah terbentuk agen perubahan setelah pelaksanaan P5 antu bulying. Nah hasil kerja P5 agen perubahan ini lah kami mendapatkan informasi tentang hal ini, karena agen perubahan ini lah yang melaporkan kepada kami," bebernya.