POSKOTA.CO.ID – Madura United menghadapi misi sulit saat menjamu Svay Rieng FC pada leg kedua semifinal AFC Challenge League, Kamis, 17 April 2025 di Stadion Gelora Joko Samudro.
Kekalahan Laskar Sape Kerrap 0-3 di leg pertama membuat peluang lolos ke final kian menipis.
Namun, kekalahan ini tak hanya menyangkut klub, tetapi nasib Liga 1 Indonesia juga ikut dipertaruhkan.
Apabila Madura United gagal membalikkan keadaan dan tersingkir, beberapa dampak buruk berikut dapat menghantam Liga 1.
4 Risiko Jika Madura United Tersingkir
Berikut adalah potensi buruk yang mengintai Liga 1 Indonesia jika Madura United tersingkir dari ajang AFC Challenge League:
1. Liga 1 Terancam Digusur oleh Liga Kamboja di Peringkat AFC
Saat ini, Liga Indonesia dan Liga Kamboja bersaing ketat di peringkat kompetisi AFC berdasarkan koefisien performa klub-klubnya di level Asia.
Jika Svay Rieng melaju ke final, apalagi menjadi juara, poin koefisien Liga Kamboja bisa melampaui Liga 1 Indonesia.
Akibatnya, peringkat Liga 1 bisa turun, yang berdampak pada:
- Pengurangan jatah klub ke kompetisi Asia (AFC Champions League 2 & Challenge League)
- Penurunan pamor dan daya saing kompetisi domestik
- Minimnya perhatian sponsor dan investor asing
2. Reputasi Klub Indonesia Tergerus
Tersingkirnya Madura United dari tim Kamboja dengan skor agregat telak akan mencoreng nama klub-klub Indonesia di mata Asia Tenggara.
Selama ini, Indonesia kerap dianggap sebagai salah satu kekuatan regional. Kekalahan ini bisa mengubah persepsi dan menurunkan gengsi kompetisi nasional.
3. Efek Domino bagi Wakil Indonesia Musim Depan
Dengan performa buruk ini, klub-klub Indonesia yang lolos ke kompetisi Asia musim depan akan menghadapi tekanan besar, baik dari sisi penilaian AFC maupun ekspektasi publik.
Ranking klub juga akan terganggu, yang berdampak pada potensi masuk pot unggulan yang lebih rendah di babak grup.
4. Krisis Kepercayaan Terhadap Kompetisi Domestik
Ketika klub Indonesia kalah dari klub dengan kualitas liga yang dianggap lebih rendah, publik akan mulai mempertanyakan efektivitas sistem Liga 1: dari kualitas pemain, manajemen klub, hingga pembinaan. Ini bisa menghambat proses reformasi dan pembenahan kompetisi nasional.