Tangkapan layar rekaman CCTV yang diduga memperlihatkan tindakan tidak etis oleh seorang dokter kandungan di Garut, viral di media sosial (Sumber: Instagram/@drg.mirza)

Daerah

Video CCTV Lengkap Dugaan Pelecehan Dokter Kandungan di Garut Sudah Dikantongi drg Mirza, Ini Faktanya

Selasa 15 Apr 2025, 12:47 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dunia medis di Indonesia kembali diguncang oleh sebuah kasus yang mencoreng etika profesi dan memantik kemarahan publik.

Seorang dokter kandungan berinisial I di Garut, Jawa Barat, diduga melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap pasien perempuan yang tengah menjalani pemeriksaan kehamilan.

Kasus ini mencuat ke permukaan usai beredarnya potongan video CCTV yang dibagikan oleh dokter gigi sekaligus aktivis etika kedokteran, drg. Mirza Mangku Anom.

Rekaman tersebut memperlihatkan momen interaksi yang dinilai publik melampaui batas profesional antara dokter dan pasien.

Meski identitas lengkap sang dokter belum dirilis secara resmi, bukti-bukti yang beredar telah memicu diskusi hangat seputar batas etis dalam relasi medis serta urgensi perlindungan terhadap pasien perempuan.

Baca Juga: Siapa Arapa Putra dan Julian Hawel Art? Menguak Sosok di Balik Viral Lukisan Willie Salim di Bengkulu

Fakta Awal: Bukti Visual dari CCTV

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari akun Instagram Story @drg.mirza, drg. Mirza membagikan potongan rekaman CCTV dari ruang praktik dokter kandungan tersebut.

Dalam video tersebut terlihat seorang pria, yang diduga sebagai dokter berinisial I, melakukan tindakan menyentuh tubuh pasien secara tidak pantas saat pemeriksaan berlangsung.

“Ini semua bukti aku punya lengkap lho, rekaman CCTV versi lengkap aku juga punya, dan aku selalu kesel ngeliat yang begini-begini,” tulis drg. Mirza dalam unggahannya.

Tidak hanya satu sumber yang mengonfirmasi bukti ini. Akun komunitas @ppdsgramm juga sempat membagikan cuplikan video tersebut, menyatakan bahwa versi lengkap dari rekaman memiliki durasi yang panjang dan menunjukkan sejumlah tindakan yang mengundang tanda tanya atas profesionalisme pelaku.

Keterangan Korban: Ada Perasaan Tak Wajar

Meski korban belum melaporkan kasus ini secara resmi ke pihak kepolisian, menurut informasi dari sumber lain, korban sempat merasa tidak nyaman dan berkonsultasi dengan seorang bidan usai sesi pemeriksaan.

Ia mengaku merasakan ada sesuatu yang janggal dengan cara dokter menangani tubuhnya.

Tidak hanya menyentuh bagian payudara, dokter tersebut diduga juga menyentuh area tubuh lain tanpa indikasi medis yang jelas. Reaksi korban yang awalnya bingung dan syok berangsur-angsur berubah menjadi keberanian untuk mencari validasi atas apa yang ia alami.

drg. Mirza sebagai whistleblower dalam kasus ini, telah mengantongi bukti lengkap rekaman, dan menyerukan agar dunia medis Indonesia lebih serius menjaga standar etika profesi, terutama ketika menyangkut pasien dalam posisi rentan.

Baca Juga: Dana Bantuan Sosial PIP Cair Duluan untuk Kategori Anak Sekolah dari KPM PKH dan BPNT 2025, Cek Selengkapnya

Reputasi drg. Mirza: Pengawas Etika dari Kalangan Internal

Nama drg. Mirza bukanlah nama baru dalam dunia advokasi etika profesi kedokteran di Indonesia. Ia dikenal aktif membongkar berbagai penyimpangan, termasuk kasus PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) beberapa waktu lalu yang menyeret nama dr. Priguna Anugerah Pratama.

Sebagai dokter gigi yang memiliki suara lantang di media sosial, ia kerap menyerukan pentingnya reformasi struktural dalam dunia kesehatan, termasuk sistem pelaporan etik yang lebih tegas serta perlindungan yang maksimal bagi pasien maupun tenaga medis yang melaporkan pelanggaran.

Dalam kasus Garut ini, ia kembali menggunakan kanal pribadinya untuk menyuarakan peringatan kepada tenaga medis agar senantiasa bekerja secara profesional, tidak menyalahgunakan relasi kuasa terhadap pasien, dan memegang teguh sumpah dokter.

“Dokter harus tetap bermartabat. Jangan rusak kepercayaan masyarakat karena kelakuan segelintir oknum,” tulisnya lagi dalam unggahan berbeda.

Video tersebut telah menyebar luas di berbagai platform media sosial dan memicu reaksi keras dari publik. Banyak warganet yang menyuarakan kemarahan mereka terhadap tindakan dokter tersebut.

Tidak sedikit pula yang mendesak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mengambil langkah tegas terhadap pelaku.

Di Twitter (X) dan TikTok, tagar seperti #Dokter sempat menjadi trending topik, mencerminkan betapa seriusnya publik menanggapi kasus ini. Beberapa warganet juga membagikan pengalaman pribadi mereka terkait pelayanan medis yang dianggap tidak nyaman, menunjukkan bahwa fenomena ini bukanlah kasus tunggal.

Etika dan Hukum dalam Profesi Kedokteran

Melansir dari IDI Dugaan pelecehan seksual oleh tenaga medis bukan sekadar pelanggaran etika, tetapi juga masuk ke dalam ranah hukum pidana.

Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindakan menyentuh tubuh seseorang tanpa persetujuan yang sah dapat dikategorikan sebagai perbuatan cabul atau kekerasan seksual.

Selain itu, dalam ranah profesi, IDI dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) memiliki kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administratif terhadap dokter yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik, mulai dari teguran hingga pencabutan izin praktik.

Namun, banyak pihak menilai bahwa sistem pengawasan etik saat ini masih lemah. Korban kerap kali mengalami intimidasi atau dipersulit untuk melapor, sementara pelaku justru berlindung di balik otoritas institusi medis.

Baca Juga: 16 April 2025 HUT Kopassus ke-73, Ini Sejarah dan Prestasinya

Urgensi Reformasi dan Perlindungan Pasien

Kasus Garut ini menegaskan perlunya reformasi sistemik dalam tata kelola profesi medis di Indonesia. Beberapa poin penting yang menjadi sorotan adalah:

  1. Pemasangan CCTV di ruang praktik (dengan tetap menjaga privasi pasien) sebagai bentuk transparansi.
  2. Mekanisme pelaporan etik yang mudah, aman, dan berpihak kepada korban.
  3. Pelatihan berkelanjutan untuk tenaga medis terkait etika komunikasi dan interaksi dengan pasien.
  4. Peningkatan peran lembaga pengawas independen yang tidak berafiliasi langsung dengan institusi kedokteran.

Lebih jauh, edukasi kepada masyarakat juga menjadi kunci agar pasien berani menyuarakan ketidaknyamanan yang mereka alami tanpa takut stigma atau disalahkan.

Kasus dugaan pelecehan oleh dokter kandungan di Garut adalah panggilan darurat bagi seluruh elemen dunia kesehatan, dari mahasiswa kedokteran hingga petinggi organisasi profesi.

Profesionalisme bukan hanya tentang keahlian klinis, tetapi juga bagaimana seorang dokter menjaga martabat pasien, terutama dalam situasi yang sangat rentan seperti pemeriksaan kehamilan.

Melalui suara drg. Mirza dan desakan publik, kita diajak untuk menata ulang paradigma relasi dokter-pasien agar lebih adil, manusiawi, dan bebas dari kekerasan berbasis kuasa.

Sudah waktunya dunia kedokteran tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga menjadi ruang yang aman dan bermartabat bagi setiap jiwa.

Tags:
dokter kandungan cabul di Garutetika profesi medisrekaman CCTV viralMirza Mangku Anompelecehan seksual dokterkasus dokter kandungan Garut

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor