POSKOTA.CO.ID - Kehadiran konten kreator TikTok ternama Willie Salim di Bengkulu menjadi sorotan luas, bukan hanya karena aksi sosialnya yang khas dengan membagikan hadiah berupa iPhone, melainkan juga karena sebuah lukisan yang mendadak viral.
Dalam video unggahannya, Willie memperlihatkan seorang anak kecil yang datang membawa lukisan bergambar dirinya dan sang kekasih, Vilmei.
Namun, alih-alih menuai pujian semata, kejadian tersebut memicu kontroversi usai diketahui bahwa lukisan yang dibawa anak kecil tersebut bukanlah hasil karya kakaknya sebagaimana klaim awal.
Dari sini, publik mulai mencari tahu dua nama penting Julian Hawel dan Arapa Putra.
Baca Juga: 6 Cara Cepat Pindahkan Data WhatsApp dari HP Android ke iPhone Tanpa PC dan Kabel
Siapa Itu Julian Hawel Art?
Julian Hawel, atau dikenal di media sosial dengan akun TikTok @julianhawelart, adalah seorang seniman muda yang aktif membagikan proses dan hasil karyanya di media sosial, khususnya di TikTok dan Instagram.
Julian dikenal karena spesialisasi dalam seni lukis digital dan manual, dengan ciri khas gaya realis-pop yang menampilkan wajah-wajah publik figur secara detail.
Saat video Willie Salim viral, publik menyadari bahwa lukisan yang dibawa oleh anak kecil tersebut adalah karya Julian yang sebelumnya telah dipublikasikan melalui media sosialnya.
Julian pun angkat suara setelah mengetahui bahwa karyanya digunakan tanpa izin.
Dalam komunikasi video call dengan Willie Salim, Julian menjelaskan bahwa dirinya tidak mengenal sang anak maupun keluarganya.
“Aku gak kenal, Kak. Mereka orang random yang notice lukisan aku,” ujar Julian. Hal ini memperkuat dugaan bahwa karya Julian digunakan tanpa atribusi yang sah.
Arapa Putra: Sosok di Balik Klaim Lukisan
Sosok kedua yang turut menjadi pusat perhatian adalah Arapa Putra. Berdasarkan penelusuran warganet dan klarifikasi dari video viral, Arapa Putra adalah nama akun TikTok dari ibu anak kecil yang membawa lukisan.
Dalam video, ibu tersebut mengatakan bahwa lukisan dibuat oleh kakaknya yang malu tampil karena masih duduk di bangku SMA.
Namun setelah terbukti bahwa lukisan tersebut merupakan milik Julian Hawel, banyak pengguna media sosial menuding bahwa pernyataan tersebut adalah kebohongan demi mendapatkan simpati dan hadiah dari Willie Salim. Cibiran dan kecaman pun menghujani akun Arapa Putra.
Respons Publik dan Klarifikasi
Masyarakat dunia maya memberikan respons keras terhadap insiden ini. Tindakan membawa karya orang lain dan mengklaimnya sebagai karya pribadi dianggap sebagai bentuk plagiarisme dan pelanggaran etika.
Terlebih, tindakan tersebut berujung pada penerimaan hadiah berupa iPhone dari Willie Salim.
Meski demikian, Willie Salim menunjukkan sikap bijak dalam menyikapi peristiwa tersebut. Ia tidak menuntut atau mengecam pihak anak dan ibu secara langsung, tetapi justru mengonfirmasi fakta kepada Julian Hawel dan memberikan klarifikasi terbuka.
"Kita sudah video call langsung dengan Julian, dan ternyata memang bukan dari pihak anak itu yang buat. Jadi aku minta maaf buat ketidaknyamanan yang mungkin timbul," ujar Willie dalam video klarifikasinya.
Etika Konten di Era Digital: Siapa yang Salah?
Peristiwa ini membuka diskusi luas soal etika dalam dunia konten digital, terutama saat konten bersifat interaktif dan melibatkan publik.
Dalam dunia seni dan kreatif, kejujuran dalam atribusi karya adalah hal mendasar. Meskipun tampak sederhana, klaim palsu terhadap karya orang lain dapat merusak reputasi dan kepercayaan.
Kasus Arapa Putra dan Julian Hawel ini menegaskan pentingnya edukasi kepada publik soal hak kekayaan intelektual.
Apalagi, media sosial seperti TikTok memberikan ruang luas bagi siapa pun untuk membagikan konten kreatif yang mudah viral namun juga rawan disalahgunakan.
Dampak Terhadap Julian Hawel: Antara Simpati dan Sorotan
Di sisi lain, kasus ini justru memperkenalkan Julian Hawel ke khalayak luas. Karya-karyanya mulai mendapat apresiasi lebih besar, dan follower di TikTok maupun Instagram meningkat signifikan. Banyak warganet memberikan dukungan moral dan pujian atas kualitas lukisan yang sangat detail dan profesional.
Beberapa warganet bahkan menyarankan agar Julian mengajukan hak cipta atau watermark di setiap karyanya untuk menghindari insiden serupa.
Julian sendiri tidak menunjukkan kemarahan, melainkan mengungkapkan harapannya agar masyarakat lebih menghargai hasil karya seni.
Willie Salim, yang dikenal karena konten sosialnya, lagi-lagi menunjukkan sikap rendah hati. Dalam berbagai video sebelumnya, ia kerap memberi hadiah kepada masyarakat kecil yang menunjukkan semangat, kreativitas, atau hanya sekadar keberanian tampil di depan umum.
Namun, kasus di Bengkulu ini menjadi pengingat bagi para kreator bahwa popularitas dapat memunculkan sisi kelam jika tidak disikapi hati-hati. Willie pun mendapat banyak dukungan karena telah mengonfirmasi langsung dan tidak memperkeruh suasana.
Fenomena viral lukisan Willie Salim di Bengkulu menyajikan pelajaran penting tentang kejujuran, hak cipta, dan tanggung jawab dalam ruang digital.
Nama Julian Hawel kini dikenal luas sebagai seniman muda bertalenta yang karyanya secara tidak sah diklaim oleh pihak lain. Sementara itu, akun Arapa Putra menjadi bahan perbincangan karena tindakan yang dianggap menyalahi etika.
Di tengah euforia konten digital yang terus berkembang, publik perlu terus diberi edukasi agar kejadian serupa tak terulang.
Menjaga integritas dan menghormati karya orang lain bukan hanya bentuk sopan santun, tapi juga pondasi penting dalam membangun ekosistem kreatif yang sehat.
Tips Etis Bagi Pengguna Media Sosial:
- Selalu cantumkan sumber jika mengunggah ulang karya orang lain.
- Hindari klaim sepihak terhadap karya yang bukan milik pribadi.
- Hargai proses kreatif para seniman, baik pemula maupun profesional.
- Gunakan platform digital untuk menyebarkan kebaikan, bukan manipulasi.
- Jika menerima hadiah karena karya seni, pastikan karya tersebut orisinal dan telah mendapat persetujuan dari pembuatnya.
Dengan belajar dari kasus ini, semoga publik semakin bijak dalam berinteraksi di dunia maya dan mendukung para kreator yang benar-benar berjuang menghasilkan karya orisinal.