Jika perusahaan asal Cupertino itu memilih untuk tetap memproduksi perangkatnya di Cina, maka mereka harus membayar tarif impor yang tinggi ketika membawa barang tersebut masuk ke pasar Amerika.
Baca Juga: Cek Daftar Harga iPhone 16 Series di Indonesia, Mulai Rp12 Jutaan Saja
Sebaliknya, jika mereka memindahkan proses perakitan ke Amerika Serikat, biaya produksinya akan melonjak secara signifikan karena upah tenaga kerja di Negeri Paman Sam jauh lebih tinggi dibandingkan di Asia.
Simulasi harga yang dilakukan oleh pakar ekonomi memperkirakan lonjakan drastis.
Misalnya, model iPhone 16 Pro Max dengan kapasitas 256 GB yang kini dipasarkan sekitar Rp16 juta, berpotensi naik dua kali lipat hingga menyentuh angka Rp30 juta jika Apple masih bertahan memproduksi di Cina.
Sementara itu, jika Apple memutuskan untuk merakit di dalam negeri mereka sendiri, harga yang sama bisa melonjak tajam menjadi sekitar Rp60 juta per unit.
Situasi yang lebih ringan memang terjadi pada varian seperti iPhone 16 Pro 128 GB yang diproduksi di India.
Namun, walaupun tidak terkena tarif seperti produk dari Cina, harga perangkat tersebut juga diprediksi mengalami kenaikan dari Rp15 juta menjadi sekitar Rp17 juta, tergantung dinamika pasar dan strategi Apple.
Indonesia sendiri bukan negara yang terlibat langsung dalam perang dagang antara AS dan Cina, namun efek domino dari kebijakan itu tetap terasa.
Ketika harga iPhone 16 meningkat secara global, konsumen lokal pun mau tidak mau harus membayar lebih mahal untuk mendapatkan barang yang sama.