Kita kini dihadapkan pada situasi di mana kecerdasan buatan dapat melampaui kecerdasan manusia. Dalam konteks ini, ancaman pengangguran menjadi nyata.
Elon Musk, seorang tokoh terkemuka di bidang teknologi, bahkan pernah menyatakan bahwa ancaman AI bisa lebih besar daripada senjata nuklir.
Namun, perlu dipahami bahwa pernyataan tersebut bukan berarti AI memiliki kemampuan destruktif seperti senjata nuklir secara langsung. Nuklir jelas merupakan ancaman keamanan global yang dapat menyebabkan kehancuran massal.
Sementara itu, AI adalah sistem komputer yang dirancang untuk membantu manusia dalam mengakses informasi dan menyelesaikan berbagai tugas.
Maksud dari pernyataan bahwa AI lebih berbahaya dari nuklir adalah bahwa jika seluruh dunia secara masif mengadopsi teknologi ini tanpa regulasi dan kebijakan yang bijak, maka AI berpotensi menggantikan tenaga kerja manusia dalam skala besar.
Hal ini akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran, yang pada gilirannya berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi, kesulitan finansial, hingga meningkatnya angka kriminalitas akibat tekanan ekonomi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menggunakan teknologi AI secara bijak, serta memastikan bahwa AI dikembangkan untuk membantu dan mendukung manusia, bukan untuk menggantikan peran manusia sepenuhnya.
Di samping itu, peningkatan keterampilan dan kompetensi juga sangat penting agar kita tetap dapat bersaing di pasar kerja yang terus berubah akibat kemajuan teknologi.