Bahkan, video publik figur seperti Ridwan Hanif pernah dipalsukan dengan konteks yang sepenuhnya berbeda demi kepentingan komersial atau penipuan.
6. Potensi Penyalahgunaan di Dunia Kerja dan Akademik
Penggunaan AI di dunia pendidikan dan pekerjaan juga menjadi isu penting.
Kini, banyak siswa atau mahasiswa yang menggunakan ChatGPT untuk mengerjakan ujian atau tugas tanpa pemahaman yang sebenarnya.
Hal serupa juga mulai terlihat di dunia kerja, di mana surat lamaran atau portofolio hasil AI bisa mengecoh perekrut kerja. HRD perlu lebih jeli agar tidak salah dalam menilai kandidat.
AI sebagai Alat, Bukan Pengganti Otak Manusia
Seiring maraknya pelarangan penggunaan ChatGPT di berbagai negara, alasan utamanya tetap berkisar pada ancaman terhadap privasi, potensi informasi yang menyesatkan, serta penyalahgunaan data.
Maka dari itu, perlu ditekankan bahwa AI seharusnya hanya dijadikan sebagai alat bantu, bukan pengganti nalar dan kreativitas manusia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bahkan menekankan pentingnya human-focus skills, yakni kemampuan untuk bekerja dan berinteraksi dengan sesama manusia, sebuah hal yang tidak dimiliki oleh kecerdasan buatan.
ChatGPT dan teknologi AI lainnya memang memberikan kemudahan luar biasa dalam mengakses informasi. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat berbagai ancaman yang perlu diwaspadai.
Bijak dalam menggunakan teknologi adalah kunci utama agar kita tidak menjadi korban dari kemudahan yang kita ciptakan sendiri. Gunakan AI seperlunya, selalu lakukan verifikasi informasi, dan jangan sampai teknologi mengambil alih kemampuan berpikir kritis manusia.