POSKOTA.CO.ID - Dalam beberapa hari terakhir, nama Priguna Anugerah Pratama menjadi pusat perhatian publik di berbagai media sosial.
Pria ini dikenal sebagai seorang dokter residen anestesi, yang tengah menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung.
Dari informasi yang beredar di platform X (dulu Twitter) melalui akun @verodeelowy, Priguna memulai masa residen pada 24 Mei 2024, menjadikannya calon dokter spesialis anestesi yang baru menapaki awal karier profesionalnya dalam dunia medis.
Sebelum melanjutkan ke jenjang spesialis, Priguna diketahui menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran (S1) di salah satu universitas swasta ternama di Bandung. Namun, alih-alih dikenal karena prestasi akademik, kini ia justru terseret dalam kasus hukum yang menggemparkan masyarakat.
Baca Juga: Kisah Titiek Puspa Bersama Sang Proklamator Bung Karno, Dari Panggung ke Istana Negara
2. Dugaan Rudapaksa yang Menggemparkan
Kabar mencengangkan datang dari akun Instagram seorang dokter gigi spesialis konservasi gigi, drg. Mirza Mangku Anom, Sp.KG (@drg.mirza), yang mengunggah pernyataan mengejutkan bahwa terdapat seorang dokter residen anestesi yang diduga melakukan rudapaksa terhadap penunggu pasien.
Menurut keterangan yang disampaikan, tindakan tersebut bahkan dilakukan dengan penggunaan obat bius, yang seharusnya hanya dipakai dalam prosedur medis.
Kejadian ini pun langsung mengundang kecaman dari masyarakat luas karena memperlihatkan bentuk penyalahgunaan profesi dan kewenangan medis.
Yang lebih mengejutkan, pelaku disebut-sebut telah memiliki seorang istri, sehingga perilakunya memantik kemarahan publik bukan hanya karena aspek kriminal, tetapi juga moral.
3. Viral Video CCTV: Bukti Kuat Dugaan Tindak Kejahatan
Puncak kemarahan publik meledak ketika muncul kabar bahwa video CCTV terkait kejadian ini mulai tersebar luas di media sosial, terutama Instagram. Dalam rekaman yang disebut-sebut sebagai bukti kuat, terlihat seorang perempuan yang merupakan penunggu pasien dalam keadaan tak sadarkan diri, diduga usai diberi obat bius oleh pelaku.
Video tersebut diduga menunjukkan aksi tak senonoh yang dilakukan oleh dokter residen tersebut di ruang rumah sakit. Warganet pun sontak bereaksi keras terhadap tersebarnya video tersebut.
Hingga kini, pihak rumah sakit belum memberikan pernyataan resmi, namun laporan menyebut bahwa pihak keluarga korban telah melaporkan kejadian ini secara hukum dan meminta pertanggungjawaban serius dari pelaku.
4. Priguna Diduga Telah Diamankan Aparat
Dalam lanjutan unggahan drg. Mirza, dirinya menyatakan bahwa pelaku telah diamankan oleh pihak berwajib. Meski belum ada keterangan resmi dari kepolisian, berbagai spekulasi dan tuntutan publik untuk menindak tegas pelaku terus menguat.
Respons dari publik tidak hanya terbatas pada media sosial, tetapi juga meluas ke kanal diskusi publik, bahkan menjadi topik viral di TikTok, X, dan Instagram.
Tagar-tagar seperti #PrigunaAnugerahPratama, #DokterResiden, dan #CCTVViral menjadi trending dalam waktu singkat.
5. Isu Etika dan Krisis Kepercayaan terhadap Tenaga Medis
Kasus yang menyeret nama Priguna ini membuka diskusi lebih luas soal etika profesi tenaga medis di Indonesia. Masyarakat mempertanyakan bagaimana seorang calon dokter spesialis dapat menyalahgunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi yang melanggar hukum dan moral.
Selain itu, penyebaran video CCTV juga menimbulkan dilema etik: di satu sisi, video tersebut menjadi bukti kuat dugaan kejahatan, namun di sisi lain, penyebarannya juga menyentuh batas privasi korban.
Berbagai organisasi profesi dokter dan mahasiswa kedokteran pun mulai mengeluarkan pernyataan sikap. Mereka mendorong agar penyelidikan dilakukan secara transparan dan objektif, serta mengingatkan bahwa tindakan satu individu tidak mencerminkan keseluruhan profesi.
Baca Juga: Sebelum Wafat Titiek Puspa Cerita Dibalik Lagu Kupu-Kupu Malam, Kisah Nyata yang Menyentuh Hati!
6. Perlindungan Korban dan Proses Hukum yang Transparan
Hingga artikel ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak universitas tempat Priguna menempuh pendidikan maupun dari institusi rumah sakit tempat ia menjalani program residen.
Namun demikian, publik mendesak agar seluruh pihak bertanggung jawab segera memberikan klarifikasi dan langkah konkret.
Yang lebih penting lagi, perhatian perlu difokuskan pada pemulihan kondisi fisik dan psikologis korban. Dalam banyak kasus kekerasan seksual, trauma berkepanjangan sering dialami korban akibat stigmatisasi dan kurangnya dukungan.
Pemerintah, lembaga medis, dan aparat penegak hukum diharapkan dapat bersinergi dalam menangani kasus ini secara adil dan tanpa tebang pilih.
Kasus yang melibatkan Priguna Anugerah Pratama, seorang dokter residen anestesi, menjadi pengingat penting bahwa integritas moral dan profesionalitas tenaga kesehatan harus dijaga secara ketat.
Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan layanan kesehatan yang aman dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
Jika terbukti bersalah, pelaku harus mendapatkan sanksi hukum yang setimpal, sekaligus menjadi preseden untuk mendorong reformasi dan pengawasan ketat terhadap pendidikan serta praktik medis di Indonesia.