Akankah Ethereum Meroket seperti Bitcoin? Ini Prediksinya

Kamis 10 Apr 2025, 18:14 WIB
Ilustrasi harga bitcoin. (Sumber: Pexels/Karolina Kaboompics)

Ilustrasi harga bitcoin. (Sumber: Pexels/Karolina Kaboompics)

POSKOTA.CO.ID - Ethereum melonjak tajam dan berhasil menembus level $2.000 pada 25 Maret 2025. Kenaikan signifikan ini terjadi di tengah aksi borong besar-besaran oleh whale crypto, yang tercatat telah mengakumulasi sekitar 470.000 ETH hanya dalam kurun waktu satu minggu terakhir.

Per 26 Maret 2025, harga Ethereum (ETH) tercatat berada di sekitar $2,063 atau setara dengan Rp34.158.757, mengalami penurunan 0,83% dalam 24 jam terakhir. Sepanjang periode ini, ETH sempat menyentuh level terendahnya Rp32.915.907, dan level tertingginya di Rp34.859.949.

Melansir dari harga Bitcoin pada aplikasi perdagangan Pintu, grafik bitcoin menunjukkan harga Rp 1.353.286.000 atau turun sebesar 2,78% dalam kurun waktu 24 jam.

Bagi kamu yang ingin mengetahui pergerakan harga ataupun ikut dalam trading, kamu bisa coba platform trading crypto Pintu.

Baca Juga: Alasan Harga Bitcoin Merosot Tajam, Analis Standard Chartered Sarankan Hal Ini pada Investor

Faktor Penyebab Kenaikan Ethereum

Dilansir dari Pintu News, para whale Ethereum telah membeli sekitar 470.000 ETH, dengan nilai mendekati $1 miliar dalam tujuh hari terakhir.

Data on-chain dari Glassnode menunjukkan bahwa para whale yang memegang antara 10.000 hingga 100.000 ETH telah menambah kepemilikan mereka sekitar 29% dalam dua minggu terakhir.

Jumlah dompet (wallet) yang menyimpan setidaknya $100.000 dalam bentuk ETH juga mengalami peningkatan, dari sekitar 70.000 alamat pada 10 Maret menjadi sekitar 75.000 pada saat artikel ini ditulis.

Analisis dan Prediksi Ethereum

Ethereum baru-baru ini kembali menguji level support garis tren jangka panjangnya zona yang hanya disentuh tiga kali sejak tahun 2021: Juni 2022, November 2022, dan kini Maret 2025. Secara historis, level support ini sering kali menjadi titik balik sebelum terjadinya reli besar.

Baca Juga: Bitcoin Anjlok di Bawah 90 Ribu Dolar, Pakar: Investor Harus Mengambil Risiko Saat Ini

Analis crypto terkenal, Rekt Capital, memprediksi bahwa jika ETH menunjukkan reaksi kuat setelah sempat turun di bawah $2.000, maka harga berpotensi kembali ke rentang makro $2.196-$3.900.

Ia juga menambahkan, jika pemulihan ini terjadi sebelum penutupan bulan Maret, maka penurunan harga di bawah $2.200 kemungkinan hanyalah sebuah “fakeout” (penurunan palsu) sebelum pergerakan naik yang lebih signifikan.

Data on-chain menunjukkan bahwa cadangan ETH di bursa (exchange reserve) telah mencapai titik terendah sepanjang tahun ini. Saat ini, jumlah tersebut berada di angka 18,32 juta ETH turun sekitar 7% dari puncak tahunannya sebesar 19,74 juta ETH yang tercatat pada 2 Februari.

Exchange reserve menggambarkan total jumlah koin yang disimpan di dompet milik bursa crypto, yang berarti pasokan yang siap untuk diperdagangkan secara langsung. Ketika angkanya menurun, itu menandakan bahwa trader memindahkan aset mereka dari bursa untuk disimpan jangka panjang, digunakan untuk staking, atau dialihkan ke ETF ETH berbasis spot, sehingga mengurangi pasokan ETH yang tersedia di pasar.

Baca Juga: Bitcoin Anjlok! Ternyata Inilah Penyebabnya, Simak Selengkapnya

Penurunan pasokan seperti ini bisa menciptakan tekanan kenaikan harga. Alasannya, dengan likuiditas penjualan yang berkurang dan permintaan yang tetap, harga cenderung terdorong naik.

Selain itu, rasio leverage estimasi ETH (Estimated Leverage Ratio/ELR) juga meningkat, menunjukkan bahwa para trader semakin berani menggunakan leverage untuk memperbesar potensi keuntungan dari pergerakan harga ETH ke depan.

Sebagai konteks, ELR ETH sempat menyentuh level tertingginya tahun ini di angka 0,686 pada 21 Maret, sebelum turun sedikit. Saat ini, ELR ETH berada di angka 0,683.

ELR sendiri mengukur rata-rata penggunaan leverage oleh trader saat melakukan transaksi di bursa, dan dihitung dengan membagi nilai open interest suatu aset dengan jumlah cadangan aset tersebut di bursa.

Baca Juga: Harga Bitcoin Anjlok, Sentimen Pasar Menuju ‘Ketakutan Ekstrem’ Saat Kebijakan Tarif Donald Trump Berlaku

Kenaikan ELR ETH mencerminkan meningkatnya selera risiko di kalangan trader, meskipun harga ETH belum terlalu menunjukkan performa kuat sejak awal tahun. Tren ini menunjukkan bahwa banyak pemegang ETH tetap optimis terhadap potensi kenaikan harga dalam waktu dekat, dan bersedia menggunakan leverage demi memperbesar peluang keuntungan mereka.

Awal Mula Bitcoin

Bitcoin, sebagai cryptocurrency pertama dan terbesar di dunia, telah menjadi pusat perhatian sejak diluncurkan pada tahun 2009 oleh sosok misterius dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Pergerakan harga Bitcoin yang fluktuatif sering menjadi topik pembicaraan di kalangan investor, analis keuangan, dan penggemar teknologi.

Pada Januari 2009, Satoshi Nakamoto menambang blok pertama Bitcoin, dikenal sebagai "blok genesis", menandai lahirnya cryptocurrency pertama di dunia. Pada tahap awal ini, Bitcoin tidak memiliki nilai moneter dan terutama diperdagangkan antar penggemar kriptografi. Transaksi komersial pertama yang diketahui terjadi pada 22 Mei 2010, ketika Laszlo Hanyecz membeli dua pizza seharga 10.000 BTC. Peristiwa ini sekarang dirayakan sebagai "Bitcoin Pizza Day".

Tren Pergerakan Harga Bitcoin Sepanjang Sejarah

  1. Awal Mula dan Kenaikan Pertama (2009-2013) Pada masa awal, Bitcoin hampir tidak bernilai dan hanya digunakan dalam komunitas kecil. Pada 2013, Bitcoin mulai dikenal luas dan mencapai harga $1.000 untuk pertama kalinya.
  2. Bull Run dan Koreksi Besar (2017-2018) Bitcoin mengalami lonjakan harga hingga hampir $20.000 pada akhir 2017, didorong oleh antusiasme pasar dan adopsi yang semakin meluas. Namun, koreksi besar terjadi pada 2018, dengan harga turun lebih dari 80%.
  3. Kenaikan Eksplosif dan Volatilitas (2020-2021) Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi aset digital, dan Bitcoin melonjak hingga mencapai rekor tertinggi sekitar $69.000 pada November 2021. Lonjakan ini didorong oleh investasi institusional dan permintaan yang meningkat.
  4. Penurunan dan Konsolidasi (2022-Sekarang) Setelah mencapai puncaknya, Bitcoin mengalami penurunan tajam akibat kebijakan moneter ketat, inflasi, dan ketidakpastian geopolitik. Harga Bitcoin berkonsolidasi, tetapi tetap menjadi aset crypto dengan kapitalisasi terbesar.

Analisis dan Prediksi Bitcoin

Harga Bitcoin menembus di atas Exponential Moving Average (EMA) 200-harinya di sekitar $85.556 pada hari Minggu dan naik 4,45% hingga hari Senin. Namun, harga tertahan di sekitar level $87.000 pada 25-26 Maret 2025.

Jika BTC menemukan support di sekitar EMA 200-harinya, harga dapat melanjutkan pemulihan untuk menguji kembali level psikologis kunci di $90.000. Penutupan yang berhasil di atas level ini dapat melanjutkan rally lainnya menuju level tertinggi 2 Maret di $95.000.

Relative Strength Index (RSI) pada grafik harian membaca 51, di atas level netral 50, menunjukkan momentum bullish yang meningkat. Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan bullish crossover pada grafik harian minggu lalu, memberikan sinyal beli dan menunjukkan tren bullish di depan. Selain itu, MACD menunjukkan level histogram berwarna hijau yang meningkat di atas level netral nol, menunjukkan kekuatan dalam momentum naik.

Namun, jika BTC gagal menemukan support di sekitar EMA 200-hari-nya dan ditutup di bawah $85.000, harga dapat melanjutkan penurunan untuk menguji level support berikutnya di $78.258.

Robert Kiyosaki, penulis buku terlaris “Rich Dad Poor Dad”, baru-baru ini menyatakan bahwa Bitcoin merupakan peluang terbesar dalam sejarah untuk menciptakan kekayaan. Melalui platform media sosial X, Kiyosaki, yang memiliki pengikut sebanyak 2,7 juta orang, memberikan pandangannya tentang dua tipe investor Bitcoin dan potensi masa depan mata uang crypto ini.

Kiyosaki menggambarkan dua jenis investor yang ada di pasar Bitcoin (BTC). Pertama adalah mereka yang didorong oleh FOMO (Fear Of Missing Out), ketakutan akan ketinggalan, yang mendorong mereka untuk berinvestasi. Kedua, adalah mereka yang terhambat oleh FOMM (Fear of Making Mistakes), ketakutan akan membuat kesalahan, yang membuat mereka ragu untuk terjun ke dalam investasi ini.

Menurut Kiyosaki, sejarah telah menunjukkan bahwa mereka yang berani mengambil risiko dengan berinvestasi di Bitcoin (BTC) akan melihat pertumbuhan signifikan dalam portofolio mereka. Ia menekankan bahwa Bitcoin telah memudahkan semua orang untuk menjadi kaya, namun banyak yang akan melewatkan kesempatan ini karena FOMM.

Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.

Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.

Berita Terkait

News Update