POSKOTA.CO.ID - Film horor Pabrik Gula menjadi perbincangan hangat di kalangan penikmat sinema Tanah Air sejak pertama kali dirilis.
Mengangkat tema supranatural dengan nuansa lokal, film ini berhasil membangun atmosfer kelam yang menyelimuti pabrik tua tempat para buruh musiman bekerja.
Namun, kekuatan film ini tak hanya terletak pada suasana dan visualnya, melainkan juga pada akar konflik yang dipicu oleh dua karakter sentral: Naning dan Hendra.
Dalam versi uncut film ini, peran mereka menjadi lebih dalam, memperlihatkan bagaimana tindakan kecil yang melanggar aturan mampu membuka gerbang petaka besar.
Naning dan Hendra: Dua Sosok Pemantik Teror
Cerita dimulai dari sekelompok buruh musiman yang datang untuk bekerja di sebuah pabrik gula tua selama musim panen tebu.
Mereka datang tanpa curiga, menjalani rutinitas seperti biasa, hingga suasana berubah drastis oleh kejadian-kejadian ganjil yang terjadi beruntun.
Di balik semua kekacauan tersebut, terselip satu kejadian penting: dua buruh, Naning dan Hendra, secara diam-diam memasuki gudang barat area terlarang yang menurut kepercayaan setempat dijaga oleh entitas supranatural.
Tanpa sepengetahuan pekerja lain, mereka melakukan hubungan intim di dalam gudang itu, dan perbuatan tersebut menjadi awal dari bencana yang menimpa seluruh buruh.
Naning, yang setelah kejadian itu memiliki kemampuan melihat kekayaan gaib milik Maharatu—penguasa alam halus di kawasan tersebut tergoda untuk mengambilnya.
Aksi ini memicu murka dari dunia gaib, menciptakan gelombang teror yang tak terbendung. Kematian demi kematian pun menghantui para buruh, dan misteri pabrik gula yang awalnya hanya berupa bisik-bisik berubah menjadi nyata.