Semua itu, kata Prabowo, bisa dihadapi dengan syarat utama: kerukunan antar anak bangsa.
“Ya kita hadapi. Dan kita bisa atasi. Tapi kuncinya kalau ada kerukunan,” ujar Prabowo, menegaskan pentingnya harmoni nasional.
Program Makan Bergizi Gratis: Komitmen Prabowo Lawan Stunting
Salah satu program prioritas yang telah digaungkan oleh Prabowo sejak masa kampanye adalah pemberian makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah. Menjawab kritik terhadap program ini, ia bertanya balik: "Apa yang salah dengan memberi makan anak yang lapar?"
Bagi Prabowo, persoalan gizi buruk dan stunting adalah tragedi kemanusiaan yang tak boleh dibiarkan. Ia mengaku sering menjumpai anak-anak di desa yang bertubuh kecil, tidak sesuai dengan usianya.
“Saya kampanye ke desa-desa, saya lihat anak ini umur 5 tahun. Saya tanya, enggak, dia 10 tahun. Badannya 5 tahun, kecil. Stunting. Kita ini sekian puluh persen, what do we do?” ujar Prabowo dengan nada prihatin.
Melalui program makan bergizi gratis, ia berharap dapat mendorong pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak-anak Indonesia, sekaligus menghapus ketimpangan antar wilayah. Baginya, ini bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga martabat bangsa.
Dialog Tertutup: Strategi atau Tanda Kematangan Politik?
Pilihan Prabowo untuk melakukan dialog secara tertutup dengan pihak-pihak pengkritik menuai berbagai tafsir. Namun, dalam konteks komunikasi politik, langkah ini dapat dipahami sebagai upaya untuk menciptakan ruang diskusi yang lebih produktif tanpa tekanan opini publik atau dramatisasi media.
Pertemuan tertutup memberi keleluasaan bagi kedua belah pihak untuk menyampaikan pikiran secara jujur dan langsung ke pokok permasalahan. Jika dilakukan dengan itikad baik, format ini justru bisa menghasilkan solusi konkret yang tidak tercapai lewat debat terbuka.
Dalam hal ini, Prabowo menunjukkan kemauan untuk mendengar, tetapi juga menyaring bentuk komunikasi publik agar tetap menjunjung stabilitas nasional.
Menuju Pemerintahan Inklusif: Ajakan Persatuan di Tengah Perbedaan
Melalui pernyataannya, Prabowo memperlihatkan arah kepemimpinan yang ingin merangkul semua pihak, termasuk yang tidak sejalan dengan dirinya.
Ia tampaknya memahami bahwa membangun Indonesia membutuhkan kontribusi dari seluruh elemen masyarakat bukan hanya pendukungnya.
Komitmen terhadap dialog, keprihatinan terhadap rakyat kecil, serta keinginan untuk terus belajar dari masa lalu, adalah tanda bahwa Prabowo ingin menjalankan kepemimpinan inklusif. Ia tampak mengedepankan solusi dan kolaborasi daripada retorika politik yang membelah.