POSKOTA.CO.ID - Pada hari Selasa, 8 April 2025, pasar modal Indonesia diguncang oleh kejatuhan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatat penurunan sebesar 9,19 persen, dari posisi penutupan sebelumnya di 6.510,62 menjadi 5.914,28 pada saat pembukaan perdagangan.
Koreksi ini tercatat sebagai salah satu penurunan harian tertajam dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai respons terhadap gejolak tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan kebijakan penghentian sementara perdagangan atau trading halt selama 30 menit, sesuai dengan ketentuan batas auto reject bawah secara agregat.
Langkah ini diambil untuk memberi ruang bagi pelaku pasar menyesuaikan strategi investasi dan menenangkan gejolak sementara.
Baca Juga: Bupati Indramayu Liburan ke Jepang Tanpa Izin, Kemendagri Sebut Bisa Diberhentikan Sementara
Rebound Terbatas Pasca Trading Halt
Setelah trading halt dicabut, IHSG sempat mencatatkan pemulihan terbatas. Pada pukul 09.38 WIB, indeks tercatat berada di level 5.987, atau masih melemah 8,03 persen dibanding hari sebelumnya.
Pemulihan yang minim ini menunjukkan masih tingginya tekanan jual dari investor, terutama akibat sentimen global yang membayangi pasar.
Sentimen Global: Tarif Impor AS jadi Pemicu
Penyebab utama kejatuhan IHSG berasal dari kebijakan Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor sebesar 32 persen terhadap sejumlah produk asal Indonesia.
Keputusan ini berdampak langsung terhadap sektor ekspor, manufaktur, dan tentu saja pasar keuangan domestik.
Dampak dari kebijakan tarif tersebut menciptakan tekanan ganda:
- Menurunnya ekspektasi kinerja ekspor Indonesia, terutama di sektor industri padat karya dan komoditas.
- Meningkatnya kekhawatiran investor terhadap risiko perdagangan dan iklim investasi dalam negeri.
Saham BUMN: Sektor yang Paling Terdampak
Saham-saham milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi salah satu yang paling terdampak oleh koreksi IHSG. Di sektor perbankan, berikut data saham yang mengalami penurunan tajam:
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI): turun 14,57% ke Rp3.460.
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI): turun 13,50% ke Rp4.500.
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI): turun 13,20% ke Rp3.680.
Sektor Lain Ikut Terkoreksi
Tak hanya sektor perbankan, sejumlah saham BUMN dari sektor lain juga mencatat penurunan signifikan:
- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR): turun 14,72%
- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM): turun 11,11%
- PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR): turun 7,04%
Koreksi ini menunjukkan bahwa dampak tarif impor tidak hanya dirasakan oleh pelaku ekspor langsung, namun juga oleh sektor infrastruktur dan teknologi yang memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi domestik.
Respons Bursa Efek Indonesia: Menjaga Stabilitas Pasar
Menanggapi situasi tersebut, Bursa Efek Indonesia menegaskan bahwa mereka telah menyiapkan sejumlah protokol pengamanan pasar, termasuk kebijakan trading halt dan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Langkah ini juga ditujukan untuk mengantisipasi volatilitas lanjutan yang dapat terjadi dalam beberapa hari ke depan, terutama jika tekanan eksternal seperti kebijakan perdagangan global terus memburuk.
Analisis Pasar: Apakah IHSG Akan Terus Melemah?
Menurut beberapa analis, pasar keuangan Indonesia cenderung akan tetap tertekan dalam jangka pendek, terutama jika tidak ada intervensi konkret dari pemerintah dalam merespons kebijakan tarif AS.
Namun demikian, secara fundamental, ekonomi Indonesia masih dinilai kuat dan memiliki daya tahan terhadap guncangan eksternal.
“Selama kebijakan fiskal dan moneter tetap solid, dan neraca perdagangan tidak mengalami defisit drastis, pasar akan mampu bangkit secara bertahap,” ujar seorang analis senior dari lembaga riset ekonomi di Jakarta.
Langkah Investor: Apa yang Harus Dilakukan?
Bagi investor ritel, situasi ini menjadi momen penting untuk melakukan evaluasi portofolio dan tidak mengambil keputusan secara emosional. Beberapa langkah strategis yang dapat dipertimbangkan:
- Diversifikasi portofolio investasi
- Fokus pada saham defensif dan sektor yang stabil seperti barang konsumsi
- Mencermati peluang pada saham undervalued pasca koreksi
- Menunggu sinyal pemulihan dari data ekonomi dan kebijakan pemerintah
Baca Juga: IHSG Anjlok 7,71 Persen! Ini Daftar Saham Pembagi Dividen yang Disarankan Analis
Waspada Tapi Tidak Panik
Koreksi tajam IHSG pada 8 April 2025 menjadi pengingat bahwa pasar modal sangat sensitif terhadap dinamika global.
Meski demikian, langkah cepat BEI dalam mengaktifkan trading halt serta koordinasi lintas lembaga menunjukkan kesiapan dalam menjaga stabilitas.
Investor disarankan untuk tetap tenang, tidak terburu-buru dalam menjual aset, dan terus mengikuti perkembangan kebijakan yang dapat memengaruhi pasar. Momentum ini juga bisa menjadi peluang untuk membeli saham berkualitas pada harga diskon, selama dilakukan dengan analisis yang tepat.
Jika Anda tertarik dengan perkembangan pasar modal terkini, terus ikuti informasi valid dari sumber terpercaya dan jangan terpengaruh oleh berita spekulatif.
Stabilitas ekonomi Indonesia tidak hanya ditentukan oleh faktor eksternal, namun juga ketahanan internal yang terus dibangun oleh kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil.