BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Keberadaan tempat pengolahan sampah mandiri milik pribadi di Kampung Cijengkol, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dinilai tidak efektif.
Lokasi pengolahan sampah itu tepat berada di area lembah paru-paru desa. Sejumlah warga pun merasa adanya pengolahan sampah tersebut malah mengganggu kenyamanan lantaran polusi sampah menimbulkan bau tak sedap.
Hal itu diperparah dengan tumpukan sampah yang tiap harinya terus menumpuk sehingga, berdampak pada lalu lintas warga karena badan jalan yang kian menyempit.
Penumpukan sampah di Desa Wangunsari tersebut dikarenakan mandeknya pengelolaan sampah yang dikelola secara mandiri di tingkat desa dan kelompok masyarakat.
Baca Juga: Banjir Setinggi 30 Cm Genangi Outer Ring Road Kembangan
Pengelola sampah mandiri, Cucu, mengaku, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tersendatnya pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti dan terjadinya penumpukan sampah di kawasan RW 04 Kampung Cijengkol.
"Penyebab yang pertama lantaran keterbatasan ritase pengangkutan. Selain itu, minimnya kesadaran warga dalam mengelola sampah secara bertanggungjawab," kata Cucu.
Cucu menjelaskan bahwa pengelolaan sampah di Wangunsari selama enam tahun terakhir dilakukan secara mandiri oleh Karang Taruna dan beberapa RW melalui sistem keanggotaan.
Namun banyak warga, termasuk pendatang, tidak memahami sistem tersebut dan membuang sampah sembarangan seolah TPS tersebut fasilitas umum dari pemerintah.
Baca Juga: Fakta Menarik Film Pabrik Gula, Lokasi Syuting dan Versi Uncut
"TPS ini kami yang membuat secara mandiri. Kami juga sudah buat imbauan dan surat larangan, tapi warga tetap buang di pinggir jalan. Bahkan banyak yang bukan anggota tetap buang sampah di TPS ini," ungkapnya.
Meski pihak pengelola sampah mandiri mengklaim telah koordinasi dengan Karang Taruna dalam pengelolaan sampah, namun hal itu dibantah oleh pihak Karang Taruna Unit RW Desa Wangunsari.
Ketua Karang Taruna Unit RW Desa Wangunsari, Fahri Rahmandani, menyatakan, sejauh ini pihaknya tidak pernah sekalipun dilibatkan dalam pengelolaan sampah di wilayahnya. Bahkan pernyataan Cucu sebagai pengelola sampah mandiri dinilai mencatut nama Karang Taruna untuk memuluskan usahanya.
"Karang taruna tidak terlibat. Bahkan tidak ada koordinasi. Tiba tiba ada pengelolaan sampah," kata Fahri.
Pihaknya sangat menyayangkan hal tersebut. Menurut dia, keberadaan pengelolaan sampah di wilayahnya Itu dinilai tidak efektif serta berpotensi menimbulkan penyakit lantaran timbulan sampah yang terus menggunung.
"Itu juga diperparah dengan adanya tambahan sampah yang diangkut sama pengelola dari Kota Bandung. Untuk warga saja sudah tidak terkelola dengan baik, ini malah nerima kiriman sampah dari Bandung," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Rw 04 Kampung Cijengkol, Desa Wangunsari, Acep Rohman, mengaku sampai saat ini ia belum pernah melakukan koordinasi atau obrolan terkait pengelolaan sampah dengan pihak pengelola sampah mandiri.
"Belum ada obrolan sama yang bersangkutan. Alangkah baiknya masalah sampah ini dibicarakan baik-baik. Jangan sampai pihak yang gak tau apa-apa malah tiba-tiba dilibatkan," kata Rohman.