POSKOTA.CO.ID - Meme “sagu keju dan rodokdok” menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di TikTok dan X (dulu Twitter).
Mengandung unsur absurd, hiperbola, dan satir, tren ini berakar dari unggahan komik lelucon tentang peristiwa Idulfitri yang mencampurkan referensi kue Lebaran dengan istilah tak biasa.
Viral di Tengah Tradisi: Awal Mula Meme Sagu Keju
Media sosial Indonesia kembali diramaikan oleh tren tak terduga: meme sagu keju dan rodokdok. Fenomena ini menyebar cepat di platform X dan TikTok, menghadirkan kombinasi absurditas, nostalgia Lebaran, dan bahasa yang membingungkan namun lucu.
Baca Juga: 4 Ide Kegiatan Seru Bersama Keluarga di Hari Lebaran, Wajib Coba!
Meme ini mencuat ketika akun @kejuni.sarah mengunggah cerita komik tentang seorang karakter fiktif bernama Gilang.
Dalam unggahan tersebut, Gilang diceritakan sedang bersilaturahmi ke rumah tantenya saat momen Lebaran. Ia secara tidak sengaja menyenggol toples sagu keju, dan sebagai konsekuensi, ia “dikasih rodokdok” oleh sang tante.
Kombinasi Absurd: Sagu Keju dan Rodokdok
Cerita ini langsung menyita perhatian warganet karena dua elemen yang tidak biasa: sagu keju—kue klasik Lebaran—dan rodokdok, istilah yang terdengar asing bahkan bagi pengguna bahasa Indonesia.
Komentar demi komentar bermunculan, mengekspresikan kebingungan sekaligus tawa:
“Rodokdok itu apa sih?” – @Reni222
“Sagu keju apaan sih co yg viral? maksudnya apa woii.” – @jappthenpc
Di balik keabsurdan meme ini, terdapat narasi yang sengaja dibuat hiperbolik dan satir. Itulah yang menjadikannya lucu dan mudah disebarluaskan di dunia maya.
Rodokdok: Apa Sebenarnya Artinya?
Salah satu pemicu viralnya meme ini adalah istilah "rodokdok" yang membuat pengguna media sosial penasaran. Menurut unggahan dari akun @muuezaa_, istilah ini merupakan bentuk pelesetan dari kata “rodok-rodok”, yang tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Berdasarkan KBBI, “rodok-rodok” berarti menikamkan atau menusukkan sesuatu ke arah atas atau depan, atau gerakan menyeruduk seperti angsa.
Dalam konteks meme ini, rodokdok diartikan sebagai aksi sang tante “menyerang” Gilang karena telah menjatuhkan sagu keju. Tentu saja, ini hanya perumpamaan kocak, bukan kejadian nyata.
Sagu Keju sebagai Simbol Budaya Pop
Menariknya, kue sagu keju yang biasanya menjadi suguhan khas saat Idulfitri tiba-tiba berubah menjadi simbol budaya pop dadakan di dunia digital.
Keberadaannya yang familiar di rumah-rumah membuat meme ini terasa akrab, sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana elemen-elemen budaya sehari-hari dapat diolah menjadi bahan hiburan baru. Sama seperti sebelumnya dengan tren es teh Indonesia, odading Mang Oleh, hingga seblak, kini sagu keju masuk ke dalam daftar “makanan yang viral karena meme”.
Viralitas di TikTok dan X: Spontanitas adalah Kunci
Salah satu alasan meme sagu keju dan rodokdok viral adalah karena sifat spontan dan organiknya. Tidak ada kampanye besar atau selebritas yang memulai, melainkan berasal dari komunitas kreatif di platform X, yang kemudian menyebar ke TikTok melalui audio, rekaman video reaksi, dan komik ulang.
TikTok memainkan peran besar dalam memperluas jangkauan meme ini. Banyak pengguna membuat video reaksi atau versi parodi dari cerita Gilang, lengkap dengan efek suara “kesenggol toples” dan teriakan hiperbola “RODOKDOK!”.
Humor yang Dekat dengan Realitas Sosial
Salah satu kekuatan meme ini adalah bagaimana ia mengekspresikan realitas sosial khas Indonesia: rumah ramai saat Lebaran, anak-anak yang ceroboh, dan tante-tante yang galak namun tetap sayang keluarga. Humor yang digunakan sangat relevan dan terasa “rumahan”, sehingga mudah disukai lintas usia.
Penggunaan kata-kata tidak baku, tulisan penuh capslock, serta narasi berlebihan adalah bagian dari gaya khas meme generasi TikTok dan X yang dikenal sebagai "shitposting dengan nilai budaya".
Baca Juga: Tol Layang MBZ Ramai Lancar di Kedua Arah, Pemudik Diimbau Tetap Waspada
Dari Meme ke Warisan Budaya Internet
Fenomena meme sagu keju dan rodokdok bukan sekadar hiburan semata, melainkan cermin dari evolusi budaya digital di Indonesia.
Ia memperlihatkan bahwa cerita absurd, istilah asing, dan kue tradisional bisa berpadu menciptakan tren yang membentuk ingatan kolektif netizen.
Apakah meme ini akan bertahan lama? Mungkin tidak. Tapi selama Ramadhan dan Lebaran masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, akan selalu ada ruang bagi cerita-cerita lucu dan spontan seperti ini.
Dalam dunia digital yang bergerak cepat, tren seperti meme sagu keju dan rodokdok menunjukkan bahwa kekuatan humor dan kreativitas warganet Indonesia tidak pernah habis.
Dari toples jatuh hingga istilah aneh, semua bisa jadi bahan hiburan yang menyatukan jutaan pengguna media sosial dalam gelak tawa.
Jika kamu masih bingung dengan istilah rodokdok atau penasaran siapa sebenarnya Gilang dan tantenya, mungkin jawabannya tidak terlalu penting. Karena dalam dunia meme, yang paling utama adalah ikut tertawa dan menyebarkan kebahagiaan.