POSKOTA.CO.ID - Tren Velocity yang viral selama Ramadhan 2025 memunculkan perdebatan di kalangan pengguna TikTok, terutama Muslim.
Efek video ini populer karena transisinya yang halus dan tarian dengan gerakan lambat, namun dituding memiliki simbol mistik yang bertentangan dengan nilai Islam.
Artikel ini membahas asal-usul, popularitas, serta kontroversi tren Velocity dari sudut budaya, agama, dan etika digital.
Selama Ramadhan 2025, satu tren yang mencuri perhatian publik TikTok adalah efek video bernama Velocity. Berbeda dari tren biasa, Velocity menggabungkan potongan gerakan tarian cepat dengan transisi slow motion yang halus, menciptakan efek visual yang dramatis dan memukau.
Efek ini digunakan secara luas untuk membuat konten sinkronisasi gerakan dan musik, menjadikannya favorit di kalangan kreator muda.
Dari Fans K-Pop ke Pengguna Global
Tren Velocity menjadi mendunia terutama setelah diperkenalkan oleh para penggemar K-Pop kepada idol-idol ternama seperti Enhypen, NCT, TXT, dan Heart2Heart.
Para penggemar membuat editan Velocity dengan menampilkan gerakan idola mereka dalam format transisi unik ini.
Popularitas tren ini melonjak di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana pengguna TikTok sangat aktif memproduksi dan mengonsumsi konten berbasis tren visual.
Karakteristik Gerakan Velocity
Efek Velocity bukan hanya soal transisi. Salah satu unsur ikonik dalam tren ini adalah gerakan tangan, khususnya melipat jari tengah dan manis pada kedua tangan, meninggalkan bentuk yang menyerupai tanduk.
Gerakan ini dilakukan dalam tempo lambat pada bagian akhir video untuk menambah kesan dramatis. Lagu-lagu yang digunakan pun cenderung berirama catchy dan atmosferik, menambah daya tarik emosional dari kontennya.
Munculnya Kontroversi: Simbol Mistik dalam Velocity
Seiring viralnya tren ini, muncul perdebatan di kalangan warganet Muslim. Beberapa pengguna menyatakan bahwa simbol tangan yang digunakan menyerupai lambang okultisme atau penyembahan setan. Akun TikTok @eatendust dan beberapa pengguna Twitter seperti @irsyahan menyampaikan pendapat bahwa gerakan Velocity tidak hanya estetik, namun membawa makna tersembunyi.
Salah satu klaim menyebut bahwa kata "Velocity" berasal dari bahasa "Kuvukiland" yang berarti "aku setan", meskipun informasi ini tidak terbukti secara linguistik atau akademik. Namun, anggapan ini cukup menyebar dan membuat sebagian pengguna mempertanyakan etika mengikuti tren ini, terutama selama bulan suci Ramadhan.
Simbol Tanduk dan Isyarat Mistik
Gerakan tangan dalam tren Velocity yang menyerupai tanduk sering dikaitkan dengan lambang Cornuto atau "Horned God", dewa dalam mitologi pagan yang sering diasosiasikan dengan kekuatan sihir dan mistik.
Dalam konteks simbolisme okultisme, gerakan ini bisa dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada kekuatan gelap atau kelompok tertentu. Beberapa pandangan ekstrem bahkan menganggapnya sebagai bentuk kutukan jika diarahkan kepada seseorang.
Selain itu, simbol ini sering muncul dalam budaya pop Barat, terutama dalam aliran musik rock dan metal. Namun, penggunaannya dalam platform seperti TikTok memunculkan dilema baru: apakah replikasi simbol ini termasuk dalam tindakan tanpa sadar meniru praktik yang bertentangan dengan nilai keagamaan?
Pandangan Islam Mengenai Peniruan Simbol
Dalam ajaran Islam, peniruan terhadap simbol dan praktik dari kelompok lain, terutama yang bertentangan dengan nilai tauhid, sangat diwaspadai. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” Hadis ini menjadi dasar bagi banyak Muslim untuk menghindari tren yang dianggap menyerupai praktik kelompok non-Islam.
Respons Warganet: Antara Tren dan Prinsip
Respons pengguna TikTok Indonesia cukup beragam. Sebagian besar menganggap tren Velocity hanyalah hiburan visual tanpa makna religius apa pun.
Namun, ada pula yang merasa khawatir tren semacam ini digunakan tanpa pemahaman, terlebih jika gerakan dan simbol yang ditampilkan bisa mempengaruhi nilai dan identitas Muslim, terutama anak muda.
Beberapa warganet menyerukan pentingnya edukasi digital, agar pengguna tidak serta-merta mengikuti tren hanya demi popularitas, tetapi juga mempertimbangkan aspek etika dan nilai budaya.
Fenomena Tren Viral: Di Mana Garis Batasnya?
Fenomena tren seperti Velocity bukan pertama kalinya menimbulkan kontroversi. Sebelumnya, beberapa filter, tantangan, dan gaya berpakaian juga mendapat kritik karena dianggap tidak sesuai dengan nilai moral masyarakat tertentu.
Namun, di era digital, kecepatan persebaran informasi membuat perdebatan semacam ini menjadi bagian dari dinamika budaya pop global.
Tren Velocity yang viral selama Ramadhan 2025 mencerminkan kompleksitas era digital: antara hiburan, budaya global, dan nilai lokal.
Efek visual yang menarik tak jarang membawa simbol yang memiliki makna lebih dalam, sehingga perlu pemahaman sebelum diikuti. Bagi umat Muslim, penting untuk berhati-hati dalam menyikapi tren dan menelaah setiap simbol yang digunakan agar tidak terseret dalam praktik yang bertentangan dengan keyakinan.
Baca Juga: Cara Buat SKCK Online 2025 Mudah dan Parktis!
FAQ (Pertanyaan Umum)
Q: Apakah Velocity TikTok haram?
A: Tidak ada fatwa resmi, namun jika simbol yang digunakan menyerupai lambang mistik, sebaiknya dihindari oleh Muslim.
Q: Apakah gerakan tangan Velocity menyerupai simbol setan?
A: Banyak yang menganggap demikian karena bentuknya seperti tanduk, namun belum ada bukti konkret bahwa tren ini bertujuan demikian.
Q: Apakah ini hanya tren biasa?
A: Secara teknis, ya. Namun makna simbol dan waktu viralnya—yakni saat Ramadhan—menjadikannya sorotan bagi umat Muslim.
Itulah informasi mengenai tren velocity Tiktok. Semoga bermanfaat.