POSKOTA.CO.ID - Timnas Indonesia U-17 mencatat sejarah penting dengan mengalahkan Korea Selatan di laga pembuka Piala Asia U-17 2025.
Kemenangan ini tak hanya membuka peluang menuju Piala Dunia U-17, tetapi juga memicu reaksi media Korea Selatan yang mempertanyakan strategi Timnas Indonesia.
Baca Juga: Cara Mudah Daftar TikTok Affiliate untuk Mendatangkan Cuan, Cek Syaratnya
Media Negeri Ginseng Sindir Taktik Nova Arianto
Kemenangan Timnas Indonesia U-17 atas Korea Selatan di laga pembuka Piala Asia U-17 2025 menjadi buah bibir nasional dan internasional.
Tak sekadar tiga poin, hasil ini membawa dampak psikologis dan strategis yang besar—baik bagi skuad Garuda Muda maupun lawannya dari Asia Timur yang terkenal tangguh.
Sementara rakyat Indonesia menyambut kemenangan ini dengan penuh suka cita, media Korea Selatan tampaknya belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut.
Pertandingan Penuh Tekanan: Indonesia vs Korea Selatan
Laga antara Indonesia dan Korea Selatan pada matchday pertama Grup C Piala Asia U-17 menjadi sorotan tajam. Dilangsungkan di stadion netral, laga ini awalnya lebih mengunggulkan Korea Selatan negara yang secara historis memiliki tradisi kuat di ajang sepak bola usia muda Asia.
Namun, prediksi tersebut runtuh setelah Timnas Indonesia sukses memetik kemenangan dengan skor tipis 1-0 lewat gol Evandra Florasta.
Gol itu tercipta dari bola rebound hasil eksekusi penalti yang sempat ditepis oleh kiper lawan. Ketangguhan lini belakang Indonesia dan konsistensi kiper Dafa Al Gasemi turut berperan besar dalam menjaga keunggulan hingga peluit akhir dibunyikan.
Statistik Menunjukkan Efektivitas Garuda Muda
Satu hal yang membuat hasil pertandingan ini semakin mengejutkan adalah statistik yang tercipta. Korea Selatan mencatat total 21 tembakan, namun hanya tiga di antaranya yang mengarah ke gawang.
Sebaliknya, Indonesia hanya melakukan lima tembakan, dua di antaranya tepat sasaran, dan satu menjadi gol penentu kemenangan.
Efektivitas serangan dan kedisiplinan pertahanan Indonesia menjadi kunci dalam meredam agresivitas tim asuhan Baek Ki-tae.
Strategi pelatih Nova Arianto dinilai berhasil mengimbangi kualitas teknik lawan dengan pendekatan pragmatis namun efisien.
Respons Media Korea Selatan: Kritik dan Sindiran
Tak lama setelah laga usai, media Korea Selatan mulai memberitakan kekalahan tersebut dengan nada yang beragam, dari kritis hingga sarkastik.
Salah satu media besar, Donga, mengkritik habis strategi timnya sendiri, menyebut buruknya penyelesaian akhir sebagai penyebab utama kekalahan. Mereka juga menyoroti dominasi statistik yang tidak sebanding dengan hasil akhir.
Namun yang menarik, media tersebut juga menyisipkan nada sinis terhadap taktik yang diterapkan Nova Arianto. Dalam artikelnya, Donga menuliskan, “Indonesia memenangi pertandingan dengan mencetak satu gol hanya dari lima tembakan, dua di antaranya tepat sasaran.”
Ucapan tersebut, walau bernada statistik, menyiratkan sindiran terhadap strategi bertahan dan serangan balik cepat ala Indonesia.
Di satu sisi, ini merupakan pengakuan tidak langsung terhadap keberhasilan taktik Nova Arianto yang memilih bermain aman namun efektif.
Rekor Pertemuan dan Tekanan Psikologis
Secara historis, rekor pertemuan antara Indonesia dan Korea Selatan U-17 tak begitu timpang. Berdasarkan data yang dikutip dari Donga, dari empat pertemuan terakhir, Indonesia menang dua kali, imbang sekali, dan kalah satu kali. Artinya, dalam kategori U-17, Indonesia bukanlah lawan yang mudah bagi Negeri Ginseng.
Namun, mengingat status Korea Selatan sebagai salah satu kekuatan sepak bola Asia, kekalahan ini tentu menyakitkan.
Apalagi mereka mengincar gelar juara Piala Asia U-17 yang sudah absen selama lebih dari dua dekade. Tambahan lagi, posisi mereka untuk lolos ke Piala Dunia U-17 Qatar menjadi terancam akibat kekalahan perdana ini.
Peluang Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia U-17
Dengan kemenangan atas Korea Selatan, Timnas Indonesia menempati peringkat kedua Grup C, di bawah Yaman yang juga menang atas Afganistan dengan skor 2-0. Dua tim teratas dari setiap grup otomatis lolos ke Piala Dunia U-17.
Jika Indonesia berhasil mengalahkan Yaman pada laga kedua, peluang mereka untuk tampil di Piala Dunia U-17 Qatar akan terbuka lebar.
Kemenangan atas Yaman tak hanya memastikan satu tiket ke babak gugur, tetapi juga memperbesar potensi finis di dua besar grup.
Nova Arianto: Sang Arsitek di Balik Efisiensi Garuda Muda
Salah satu tokoh penting di balik kemenangan ini tentu saja Nova Arianto. Sebagai pelatih kepala, Nova berhasil merancang skema permainan yang tak hanya mampu menahan serangan Korea Selatan, tetapi juga mencuri kemenangan secara taktis.
Strategi yang digunakan oleh Nova tidak mengandalkan penguasaan bola, melainkan kedisiplinan struktur, tekanan di area tengah, serta respons cepat terhadap situasi bola mati dan serangan balik. Hal ini membuktikan bahwa dalam sepak bola modern, efisiensi bisa lebih penting daripada dominasi.
Nova juga terlihat berhasil membangun mentalitas tim yang kuat. Para pemain muda Indonesia bermain dengan percaya diri, tanpa gentar menghadapi negara dengan reputasi besar sekalipun.
Baca Juga: Viral Sosok Walid di Series Bidaah Malaysia, Ini Link Nonton Full Episode 1-15
Apa Selanjutnya bagi Korea Selatan dan Indonesia?
Dengan kekalahan ini, Korea Selatan kini berada dalam tekanan besar. Mereka harus menang dalam dua laga tersisa melawan Afganistan dan Yaman untuk mengamankan tiket ke Piala Dunia U-17. Jika gagal, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, Korea Selatan bisa saja absen di ajang tersebut.
Sementara itu, Indonesia hanya perlu satu kemenangan lagi untuk mengamankan posisi dua besar. Dengan tren positif dan performa yang meyakinkan, para penggemar di Tanah Air kini boleh mulai bermimpi melihat Timnas U-17 berlaga di panggung dunia.