Lebih dari Sekadar Pulang Kampung, Ini Mengapa Mudik Jadi Tradisi Lebaran di Indonesia

Kamis 03 Apr 2025, 11:22 WIB
Ilustrasi mudik menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. (Sumber: Pinterest)

Ilustrasi mudik menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. (Sumber: Pinterest)

POSKOTA.CO.ID - Mudik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia, terutama menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Setiap tahunnya, jutaan perantau dari berbagai kota besar berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga.

Tradisi mudik ini sendiri sudah mendarah daging di Indonesia dan menjadi momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat.

Namun, pernahkah Anda bertanya sejak kapan tradisi mudik ini ada? Dan mengapa mudik menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia?.

Baca Juga: Anti Mual! Ini 9 Cara Alami Cegah Mabuk Perjalanan Saat Mudik

Sejarah Tradisi Mudik di Indonesia

Sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Kok Bisa?, mudik kerap dikaitkan dengan kepadatan lalu lintas di jalan tol, antrean panjang di stasiun, hingga pemudik bermotor yang membawa barang bawaan berlebih.

Namun, sejarah mencatat bahwa tradisi mudik telah ada sejak zaman Majapahit. Pada masa itu, mudik dilakukan menjelang panen raya, bukan Idul Fitri.

Bahkan, perjalanan pulang ke kampung halaman kala itu sering kali ditempuh dengan berjalan kaki.

Sejarawan Jacob Sumarjo menyebut bahwa istilah "mudik" berasal dari bahasa Jawa ngoko "mulih dilik", yang berarti "pulang sebentar".

Istilah ini menggambarkan bahwa para pemudik hanya kembali untuk waktu singkat sebelum kembali merantau.

Sementara itu, sejarawan Betawi Ridwan Saidi berpendapat bahwa kata "mudik" berasal dari frasa "menuju udik", yang berarti kembali ke kampung halaman di daerah pedalaman.

Pertumbuhan urbanisasi sendiri menjadi salah satu faktor utama yang memperkuat tradisi mudik Lebaran.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan lapangan pekerjaan di kota-kota besar, semakin banyak masyarakat dari daerah yang merantau untuk mencari penghidupan.

Saat Lebaran tiba, masyarakat akan kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga dan kerabat.

Tak hanya urbanisasi, transmigrasi juga berkontribusi terhadap tradisi mudik. Sejak era kolonial hingga masa Orde Baru, jutaan masyarakat Indonesia dipindahkan ke berbagai daerah untuk bekerja di sektor perkebunan dan pertanian.

Baca Juga: PT Jasmarga Prediksi Puncak Arus Mudik Lebaran 2025, 4 Gerbang Tol Ini Paling Padat

Meski telah menetap di wilayah baru, ikatan dengan kampung halaman tetap kuat, menjadikan mudik sebagai agenda tahunan yang tak terlewatkan.

Lebih lanjut, jika dahulu mudik dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan gerobak, kini masyarakat memiliki beragam pilihan moda transportasi.

Bagi pemudik antar-pulau, pesawat dan kapal laut menjadi pilihan utama. Sementara itu, di Pulau Jawa, perjalanan mudik banyak dilakukan dengan kendaraan pribadi, bus, hingga sepeda motor.

Sejak zaman kolonial Belanda, jalur kereta api dibangun untuk mendukung distribusi hasil bumi.

Seiring waktu, kereta api menjadi alat transportasi andalan bagi masyarakat karena harga yang relatif terjangkau dan efisiensi waktu.

Mudik tidak hanya sekadar pulang kampung, tetapi juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi, memperkokoh identitas budaya, serta menjaga hubungan emosional dengan tanah kelahiran.

Berita Terkait

News Update