POSKOTA.CO.ID - Idul Fitri merupakan salah satu hari raya yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Bahkan di sejumlah wilayah di berbagai negara, Idul Fitri dirayakan secara meriah dengan tradisi yang sudah terbentuk puluhan tahun lamanya.
Hari raya Idul Fitri memiliki sejarah yang perlu diketahui khususnya oleh umat Muslim.
Namun tak sedikit orang yang belum memahami sejarah dan makna hari raya Idul Fitri tersebut.
Dikutip dari YouTube Albar Hidayah, berikut ini adalah sejarah Hari Raya Idul Fitri.
Sejarah Hari Raya Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri memiliki sejarah yang tidak dapat dipisahkan dari dua peristiwa penting dalam Islam, yaitu Perang Badar dan tradisi hari raya masyarakat jahiliyah.
Perayaan Idul Fitri pertama kali dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah, yang bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar.
Kemenangan tersebut menjadi tonggak sejarah penting, karena di balik perayaan Idul Fitri terdapat sejarah perjuangan para sahabat dalam meraih kemenangan dan menjayakan Islam.
Baca Juga: Bansos PKH-BPNT Gelombang 2 Segera Cair, Cek Jadwal Penyaluran hingga Idul Fitri 2025
Dengan kemenangan yang diraih, umat Islam merayakan dua hal sekaligus, yakni kemenangan dalam menahan diri selama bulan Ramadan dan kemenangan dalam Perang Badar.
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab jahiliyah juga memiliki tradisi merayakan dua hari raya yang mereka rayakan dengan sangat meriah.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa kaum jahiliyah memiliki dua hari raya yang digunakan untuk bersenang-senang.
Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau bersabda: "Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan untuk bermain. Sesungguhnya Allah telah menggantikan dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." (Hadis riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i).
Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Hasyim Asy'ari dalam kitabnya, dua hari yang dirayakan oleh masyarakat jahiliyah itu disebut dengan hari Nairus dan Marjan.
Kedua hari ini biasanya digunakan untuk pesta pora, minum-minuman keras, dan menari-nari. Nairus dan Marjan adalah hari raya masyarakat Persia kuno.
Setelah turunnya kewajiban puasa bagi umat Islam, Rasulullah SAW mengganti kedua hari raya tersebut dengan Idul Fitri dan Idul Adha.
Tujuannya adalah agar umat Islam memiliki tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan syariat yang diturunkan oleh Allah SWT.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya, yang mengutip hadis dari Abdullah bin Umar: "Barang siapa merayakan hari-hari Nairus dan Marjan serta mengikuti tradisi mereka hingga mati, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat." (Hadis riwayat Al-Baihaqi).
Makna Idul Fitri
Hari Raya Idul Fitri bukan hanya sebagai momentum kemenangan dalam menahan diri dari makan dan minum selama bulan Ramadhan, tetapi lebih dari itu, hari raya ini merupakan hari yang penuh makna.
Pada hari tersebut, Allah SWT menjanjikan ampunan bagi umat yang melaksanakan ibadah salat Idul Fitri dengan ikhlas.
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud: "Ketika umat Nabi Muhammad melaksanakan puasa Ramadhan dan keluar untuk melaksanakan salat Idul Fitri, maka Allah SWT berfirman: 'Wahai malaikat-Ku, setiap yang telah bekerja akan mendapatkan upahnya. Saksikanlah bahwa aku telah memaafkan mereka.'" (Hadis riwayat Al-Bukhari).
Pada hari itu, umat Islam yang telah berpuasa dan melaksanakan salat Idul Fitri memperoleh pengampunan dari Allah.
Di akhir hadis, ada seruan, "Wahai umat Muhammad, kembalilah ke rumah-rumah kalian, aku telah menggantikan keburukan kalian dengan kebaikan." Allah SWT memerintahkan agar umat-Nya yang berpuasa dan berbuka hanya untuk-Nya, serta meneguhkan mereka dengan ampunan-Nya.
Esensi Hari Raya Idul Fitri
Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Mujairi dalam kitabnya, Hasyiyah Albuzaironi Ala Khotib, mengingatkan bahwa esensi Idul Fitri bukan hanya tentang pakaian baru atau hal-hal material lainnya.
Walaupun memang dianjurkan untuk mengenakan pakaian baru, makna sesungguhnya dari Idul Fitri adalah ketaatan yang bertambah.
Idul Fitri bukan hanya bagi orang yang memiliki pakaian dan kendaraan baru, tetapi bagi mereka yang dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.
Allah SWT menjadikan tiga hari raya di dunia ini untuk orang-orang yang beriman, yaitu Hari Raya Jumat, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Ketiganya dianggap sebagai hari raya setelah sempurnanya ibadah dan ketaatan umat Islam.
Oleh karena itu, Idul Fitri seharusnya dijadikan momentum untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah dan memperbanyak amal ibadah.