POSKOTA.CO.ID - Idulfitri tak hanya identik dengan hidangan lezat atau baju baru. Bagi masyarakat Jawa, momen ini menjadi waktu yang sakral untuk mengungkapkan rasa syukur dan memohon maaf melalui tradisi sungkeman.
Ritual ini bukan sekadar adat, tapi juga sarana memperkuat ikatan antaranggota keluarga.
Bagaimana sejarah dan maknanya? Pastikan untuk simak artikel ini hingga usai agar dapat informasi secara lengkap!
Baca Juga: Bukan Ajang Pamer, Simak 3 Tips Etika saat Hari Raya Idulfitri atau Lebaran
Apa Itu Sungkeman?
Sungkeman berasal dari kata Jawa sungkemo yang berarti "menunduk". Tradisi ini dilakukan dengan cara anak atau anggota keluarga yang lebih muda bersimpuh di hadapan orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua.
Mereka kemudian mencium tangan atau lutut sambil memohon maaf atas kesalahan selama setahun.
Bagi orang Jawa, sungkeman adalah bentuk penghormatan tertinggi sekaligus pengakuan bahwa manusia tak luput dari khilaf.

Asal-Usul Sungkeman dalam Budaya Jawa
Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan dipengaruhi oleh nilai-nilai kejawen yang mengedepankan keselarasan hidup.
Dalam budaya Jawa, orang tua dianggap sebagai sosok yang wajib dihormati karena telah membesarkan dan memberikan kasih sayang.
Sungkeman juga berkaitan dengan filosofi "nrimo" (menerima dengan ikhlas) dan "ngajeni" (menghargai), yang menjadi pondasi hubungan keluarga.
Baca Juga: 40+ Ucapan Selamat Hari Raya Idulfitri 2025, Sebarkan Kebahagiaan kepada Orang Tersayang