Ilustrasi. 3 alasan Muhammadiyah menggunakan metode hisab untuk tentukan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. (Sumber: Freepik)

KHAZANAH

3 Alasan Muhammadiyah Gunakan Metode Hisab untuk Tentukan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

Sabtu 29 Mar 2025, 09:36 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dalam perbincangan mengenai penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, sering muncul pertanyaan mengapa Muhammadiyah tidak mengikuti sistem satu Ramadhan, satu Syawal, dan satu Dzulhijjah yang berdasar pada rukyat atau pengamatan hilal, melainkan menggunakan metode hisab hakiki.

Perbedaan ini menuntut penjelasan yang lebih mendalam, khususnya kepada masyarakat yang masih bingung mengenai perbedaan cara menentukan awal bulan yang krusial ini.

Ada beberapa alasan yang sempat dijelaskan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof.Dr.K.H. Haedar Nashir, M.Si.

Baca Juga: Kapan Idul Fitri 2025? Ini Jadwal Resmi Menurut Pemerintah dan Proses Penentuannya

Dikutip dari YouTube Muhammadiyah Channel, berikut ini penjelasan mengenai alasan-alasan tersebut berdasarkan prinsip-prinsip yang dianut oleh Muhammadiyah menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof.Dr.K.H. Haedar Nashir, M.Si.

3 Alasan Muhammadiyah Gunakan Metode Hisab untuk Tentukan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

1. Dasar Hukum dan Keagamaan

Al Quran dan Hadis

Penentuan awal bulan dalam Islam, baik untuk Ramadhan, Idul Fitri, maupun Dzulhijjah, berlandaskan pada ajaran Al Quran dan hadis.

Dalam Al Quran, terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang "hisab" (perhitungan), yang menunjukkan pentingnya perhitungan dalam menentukan waktu-waktu penting dalam Islam.

Baca Juga: 6 Tradisi Unik Sambut Hari Raya Idul Fitri di Indonesia

Konsep hisab ini mendasari praktik Muhammadiyah dalam menggunakan metode hisab hakiki, yang lebih kokoh dan memiliki landasan yang jelas dari Al Quran.

Sementara dalam Hadist Nabi, terdapat dua hadis yang sering dibahas terkait dengan penentuan awal bulan. Yang pertama berbunyi, "Berpuasalah kamu ketika melihat hilal dan berbukalah ketika melihatnya," yang menunjukkan metode rukyat (pengamatan).

Sementara yang kedua adalah perintah dari Nabi untuk menghitung waktu berdasarkan pengetahuan ilmiah yang ada, yang selaras dengan metode hisab.

Muhammadiyah mengikuti pendekatan yang lebih mengutamakan hisab dalam penentuan bulan.

2. Aspek Kemudahan dalam Beragama

Kemudahan yang Diberikan Islam

Islam mengajarkan prinsip kemudahan dalam menjalankan ibadah, sebagaimana tercantum dalam Al Quran dan hadis. Dalam hal ini, Muhammadiyah memandang hisab sebagai metode yang memberikan kemudahan, bukan sekadar pragmatisme.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, kadang-kadang untuk menghindari kesulitan dan kemudaratan, umat Islam diharuskan melaksanakan ibadah secara mandiri atau di rumah, termasuk dalam ibadah yang berkaitan dengan penentuan awal bulan.

Prinsip Wujudul Hilal

Muhammadiyah mengikuti prinsip wujudul hilal, yang menekankan pada keberadaan hilal atau bulan baru pada posisi 0 derajat.

Dengan menggunakan prinsip ini, Muhammadiyah tidak menentukan waktu berdasarkan apakah hilal tampak atau tidak secara kasat mata, melainkan berdasarkan perhitungan posisi hilal yang ada.

3. Konsep Wujudul Hilal dalam Hisab

Keberadaan Hilal

Konsep wujudul hilal mengacu pada posisi hilal yang harus sudah berada pada posisi 0 derajat, tanpa mengindahkan apakah hilal tersebut terlihat oleh mata manusia atau tidak.

Muhammadiyah menekankan bahwa hilal bisa tampak atau tidak tergantung pada kondisi cuaca, penghalang pandangan, atau bahkan teknologi pengamatan. Oleh karena itu, meskipun hilal tidak tampak secara langsung, itu bukan berarti hilal tidak ada.

Keandalan Teknologi

Muhammadiyah memanfaatkan teknologi dalam perhitungan hilal, yang membuat metode ini lebih praktis dan efisien.

Dengan perhitungan hisab, meskipun hilal tidak tampak dengan mata telanjang, kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa hilal tersebut sudah ada, bahkan jika tidak terlihat.

Muhammadiyah memilih untuk menggunakan hisab hakiki dalam penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah karena metode ini memiliki dasar yang kuat dari Al Quran dan hadist, memberikan kemudahan dalam pelaksanaan ibadah, serta mengutamakan prinsip wujudul hilal.

Meskipun ada perbedaan dengan metode rukyat yang mengandalkan pengamatan langsung, Muhammadiyah berpegang pada keyakinan bahwa hisab adalah cara yang lebih tepat dan praktis dalam menentukan waktu-waktu penting dalam Islam.

Tags:
Muhammadiyahmetode hisabalasanSyawalRamadhan

Rinrin Rindawati

Reporter

Rinrin Rindawati

Editor