Obrolan Warteg : Perlunya Kurikulum Cinta (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Nah Ini Dia

Obrolan Warteg : Perlunya Kurikulum Cinta

Selasa 25 Mar 2025, 07:02 WIB

Pentingnya pendidikan agama berlandaskan cinta dan toleransi. Itu yang dikatakan Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Karenanya, melalui program yang sedang diramu Kementerian Agama, tidak boleh ada satu pun guru agama di Indonesia mengajarkan kebencian kepada murid-muridnya.

Menurut Nasaruddin, Kemenag sedang menggodok sekaligus menyisir semua kurikulum antar umat beragama, kurikulum keagamaan, kurikulum pendidikan agama semua agama, pihaknya akan menganjurkan kurikulum cinta.

“Menarik sekali bagaimana meramu kurikulum pendidikan agama yang mengajarkan tentang kasih sayang, cinta kasih, toleransi sesama anak bangsa dengan latar belakang yang berbeda,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro  dan bang Yudi.

“Mengajarkan bagaimana ucapan dan perbuatan saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan, termasuk perbedaan dalam beragama,” tambah Yudi.

“Perbedaan adalah keniscayaan. Bahkan, perbedaan itu anugerah Tuhan. Keberagaman itulah yang menyatukan bangsa dan negeri kita tercinta, Indonesia,” urai mas Bro.

“Mengapa itu bisa terjadi?,” tambah mas Bro, “ Karena tadi, adanya sikap toleransi, tenggang rasa , tepo seliro dan menjauhkan sifat maunya menang sendiri.”

“Beda boleh, tetapi jangan lantas berkonflik,berseteru, bermusuhan. Edukasi sejak dini bagaimana menyikapi perbedaan wajib dilakukan, di antaranya melalui pendidikan agama yang berperan membangun karakter bangsa,” kata Heri.

“Setuju. Pendidikan agama adalah mengajarkan tentang kebaikan, bukan keburukan. Bagaimana berucap dan berperilaku baik dalam keseharian di tengah masyarakat yang beragam, penuh perbedaan,” jelas mas Bro.

“Lantas bagaimana kurikulum cinta dalam pendidikan agama?,” tanya Yudi.

“Sekarang masih dirumuskan, kita tunggu saja,” jawab Heri.

“Tentunya tak lepas dari tujuan pendidikan agama itu sendiri, yakni membentuk generasi yang religius, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan bertakwa, selain menjadi manusia cerdas dan berkualitas,” kata mas Bro.

“Boleh jadi, kurikulum cinta, selain yang telah disebutkan tadi, terdapat penekanan dalam upaya memantapkan kerukunan dan toleransi kehidupan antar umat beragama,” ujar Heri.

“Iya, bagaimana menebarkan kasih sayang, cinta kasih serta saling menghargai sesama umat beragama. Bukan saling membenci, saling menyakiti, apalagi saling menyalahkan karena perbedaan,” urai mas Bro. (Joko Lestari).

Tags:
Kementerian Agamakurikulum cintacinta dan toleransipendidikan agama

Tim Poskota

Reporter

Ade Mamad

Editor