POSKOTA.CO.ID - Setelah melaksanakan puasa selama bulan Ramadhan 2025, umat Muslim akan merayakan Idul Fitri 2025.
Hidangan khas saat perayaan Idul Fitri, yakni ketupat ternyata memiliki sejarahnya. Ketupat pertama kali dibawa oleh Sunan Kalijaga.
Layaknya seperti kewajiban, umat Muslim akan menyediakan ketupat untuk menyambut hari raya Idul Fitri atau Lebaran 2025.
Baca Juga: Deretan Masjid Ikonik di Rest Area Ini Bakal Jadi Pemandangan Menarik Selama Mudik Lebaran 2025
Biasanya ketupat dihidangkan bersama dengan opor ayam. Ketupat Lebaran akan dihidangkan oleh tuan rumah untuk menyambut kedatangan kerabat, sanak saudara, hingga para tetangga.
Ketupat Lebaran merupakan makanan yang terbuat dari anyaman daun kelapa atau daun pandan, lalu diisi dengan beras.
Setelah diisi beras, dikukus hingga matang dan jadilah ketupat Lebaran. Makanan ini memang tergolong simpel dan sederhana.
Namun dibalik itu semua, ketupat Lebaran ternyata memiliki makna dan sejarahnya di Nusantara.
Baca Juga: 8 Fakta Menarik 10 Hari Terakhir Ramadhan, Nomor 5 Jarang Orang Tahu
Ketupat Lebaran pertama kali diperkenalkan ke Nusantara saat Islam masuk ke tanah Jawa.
Sunan Kalijaga merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat Lebaran kepada masyarakat Jawa.
Menurut cerita rakyat, ketupat berasal dari masa hidup Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat Lebaran tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke 15 hingga abad ke 16.
Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islamannya.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Memperbanyak Istighfar Sangat Dianjurkan di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Namun, tak memungkiri bahwa ketupat bisa jadi berasal dari zaman yang lebih lama, yakni pada zaman Hindu-Budha di Nusantara.
Hal tersebut merujuk pada zaman pra Islam. Nyiur dan beras sudah dimanfaatkan untuk makanan oleh masyarakat sebagai sumber daya alam.
Begitupun masyarakat Bali. Hingga saat ini ketupat atau disebut masyarakat Bali sebagai tipat, masih digunakan untuk ritual ibadah.

Dalam Islam, ketupat dicocokkan kembali dengan nilai-nilai ke-Islaman oleh Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Benarkah Ada Pahala Saat Mentraktir Orang Berbuka Puasa? Ternyata Ini Penjelasannya
Sunan Kalijaga membaurkan pengaruh Hindu pada nilai-nilai ke-Islaman, menjadi akulturasi yang padu antara keduanya.
Makna ketupat Lebaran, masyarakat Jawa dan Sunda menyebut ketupat sebagai kupat. Kupat yang berartikan ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
Ketupat Lebaran memiliki simbol lain yaitu laku papat (empat laku) yang melambangkan empat sisi dari ketupat.
Laku papat atau empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Maksud dari keempat tindakan tersebut adalah, Lebaran berasal dari kata lebar yang berarti selesai.
Baca Juga: Aturan Bayar Zakat Fitrah, Inilah Waktu Paling Afdal Menunaikannya
Hal tersebut dimaksudkan karena telah selesainya menjalani ibadah puasa dengan datangnya 1 Syawal.
Luberan yang berarti melimpah. Diibaratkan air dalam tempayan yang isinya melimpah hingga tumpah kebawah.
Simbol tersebut memberikan pesan untuk memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin, yaitu sedekah dengan ikhlas seperti tumpahnya atau lubernya air dalam tempayan.
Lalu leburan, yang berarti semua kesalahan dapat lebur atau habis dan lepas, serta dapat dimaafkan pada hari Idul Fitri.
Terakhir adalah Laburan. Di masyarakat Jawa labur (kapur) adalah bahan untuk memutihkan dinding.
Hal tersebut menandakan simbol yang memberikan pesan untuk senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.
Usai saling bermaafan atau leburan di momen Lebaran, umat Muslim diberikan pesan agar tetap menjaga sikap dan tindakan yang baik.
Sehingga hal tersebut mencerminkan budi pekerti yang baik pula. Ketupat tak hanya menjadi identitas di Indonesia, melainkan di Asia Tenggara. Khususnya di negara Melayu, ketupat juga identik dengan Hari Raya Idul Fitri.