JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Biasanya libur panjang dan cuti bersama perayaan Idul Fitri atau lebaran menjadi ajang bagi warga Jakarta dan sekitarnya untuk pulang kampung atau mudik.
Namun, lebaran tahun ini masyarakat tidak terlalu antusias untuk mudik. Bahkan, angka pemudik tahun diprediksi berkurang secara drastis hingga 24 persen daripada tahun sebelumnya.
Pengamat ekonomi, Yanuar Rizky menilai, penurunan jumlah pemudik ini mencerminkan kondisi ekonomi yang sedang sulit.
Ini juga menandakan bahwa daya beli masyarakat melemah akibat kenaikan harga kebutuhan pokok dan ketidakpastian ekonomi. Sehingga banyak keluarga yang memilih untuk tidak mudik karena biaya perjalanan yang meningkat drastis.
Baca Juga: Informasi untuk Pemudik di Bali! Pelabuhan Gilimanuk Akan Ditutup Dalam Rangka Hari Raya Nyepi 2025
"Ini semakin memperkuat bahwa daya beli masyarakat sedang menurun dan terus menurun. Jadi hal yang wajar kalau masyarakat mengurung niatnya buat mudik, mereka khawatir pengeluaran semakin membengkak jika dipaksakan mudik," ujar Yanuar saat dihubungi, Minggu, 23 Maret 2025.
Di samping itu, banyaknya pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) membuat ketidakpastian bagi banyak keluarga yang bergantung pada pendapatan tetap.
Dalam kondisi seperti ini, masyarakat mulai mengandalkan tabungan mereka untuk bertahan hidup. Pada akhirnya, mereka harus rela untuk tidak mudik, karena memang tidak ada uang untuk pulang kampung.
"Boro-boro buat mudik, sekarang kan banyak masyarakat yang tabungan semakin menipis. Bahkan pada akhirnya mereka makan tabungan untuk tetap bertahan. Jadi tidak heran kalau tahun ini banyak yang enggak mudik," tutur Yanuar.
Baca Juga: Arus Mudik Mulai Mengalir! Ribuan Kendaraan Padati Tol Cipali Jelang Lebaran
Menurut Yanuar, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru. Sehingga nantinya dapat meningkatkan daya beli masyarakat agar mereka dapat kembali ke jalur yang lebih stabil.