POSKOTA.CO.ID — Insiden lenyapnya rendang seberat 200 kg dalam acara yang digelar oleh Willie Salim di Benteng Kuto Besak (BKB), Kota Palembang, terus menjadi sorotan publik salah satunya Bobon Santoso.
Kali ini, Bobon Santoso, ikut buka suara. Bobon bahkan menduga ada kejanggalan dalam konten yang ramai dibicarakan itu.
Semua bermula dari video yang diunggah Willie Salim di akun TikTok pribadinya yang memiliki lebih dari 67,8 juta pengikut.
Dalam video tersebut, Willie memperlihatkan proses memasak rendang dari satu ekor sapi, yang beratnya mencapai 200 kg. Awalnya, acara berlangsung dengan lancar.
Baca Juga: Baru Masak Sudah Ludes, 200 Kg Rendang Willie Salim jadi Rebutan Warga Palembang
Namun, situasi berubah drastis ketika Willie meninggalkan lokasi sebentar untuk ke toilet.
Saat kembali, ia mendapati wajan besar yang tadinya penuh dengan daging rendang sudah kosong melompong. Kejadian ini langsung memicu reaksi beragam di media sosial.
Sebagian besar netizen mengecam warga Palembang, bahkan muncul sebutan "hama" hingga perbandingan dengan orang Prindavan di India, yang dianggap merusak citra kota tersebut.
Bobon Santoso Soroti Dugaan Rekayasa Konten
Menanggapi kejadian ini, Bobon Santoso menyampaikan pendapatnya.
Menurut Bobon, ada yang janggal dalam insiden tersebut. Ia menduga ada kemungkinan unsur rekayasa demi meraih perhatian publik.
"Saya melihat ada kejanggalan dalam video tersebut. Kalau acara ini dikoordinasikan dengan baik, tidak akan ada asumsi liar seperti sekarang. Inilah akibatnya jika konten dibuat hanya demi viral, bukan dari hati," ujar Bobon.
Baca Juga: Pesulap Pak Tarno Dapat Bantuan Dari Willie Salim Sebesar Rp50 Juta
Tak hanya memberikan kritik, Bobon juga mengaku ingin membuktikan bahwa acara serupa bisa berjalan lebih tertib dan terorganisir.
Sayangnya, ia belum sempat merealisasikan rencananya karena jadwal yang padat.
"Banyak DM yang masuk meminta saya ke Palembang. Sayangnya, jadwal saya sangat padat bulan ini. Kalau tidak, saya pasti sudah turun tangan membuktikan bahwa hal seperti ini bisa dikendalikan dengan lebih baik," tambahnya.
Menurut Bobon, jika pihak penyelenggara bekerja sama dengan komunitas setempat dan membuat sistem distribusi makanan yang lebih rapi, kericuhan seperti ini bisa dihindari.