Masjid Jami An Nawier, Titik Juang Komandan Dahlan dan Para Ulama Besar

Selasa 18 Mar 2025, 11:32 WIB
Suasana di dalam Masjid Jami An-Nawier, yang berlokasi di Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Suasana di dalam Masjid Jami An-Nawier, yang berlokasi di Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Keberadaan Masjid Jami An-Nawier atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan di Jakarta memiliki sejarah panjang yang tak lepas dari kiprah pendirinya, Komandan Dahlan.

Dia adalah seorang ulama berpengaruh pada masanya yang turut berperan dalam penyebaran Islam di Batavia.

Makamnya kini terletak di sebelah utara masjid, dikelilingi batu-batu besar pahatan abad ke-18. Masjid Jami An-Nawier berdiri sejak abad ke-18, tepatnya pada 1760.

Masjid Jami Pekojan yang berada di Kampung Pekojan, Jakarta Barat, memiliki hubungan erat dengan masjid-masjid kuno di Keraton Surakarta dan Banten, sebagaimana dikutip dari laman Islamic Center.

Baca Juga: Masjid Jami Al-Atiq, Tempat Sembunyi Si Pitung dari Kejaran Meester Cornelis

Salah satu buktinya, jika ada keluarga Sultan Solo atau ulama di Solo yang meninggal dunia, berita duka tersebut juga disampaikan ke Masjid Jami Pekojan.

Pengurus dan jamaah masjid kemudian melaksanakan salat gaib dan berdoa untuk almarhum, begitu pula sebaliknya.

Tradisi ini tidak ditemukan di masjid lain di Jakarta. Hubungan erat dengan Masjid Maulana Hasanuddin di Banten juga terlihat dari seringnya masjid ini dikunjungi oleh para ulama dari Banten.

Di sekitar Masjid Jami An-Nawier, terdapat makam-makam tua yang diyakini sebagai peristirahatan terakhir para ulama besar pada masanya.

Baca Juga: Masjid Langgar Tinggi, Warisan Saudagar Yaman di Pekojan yang Tak Lekang Waktu

Banyak peziarah yang datang untuk berdoa di makam-makam tersebut. Sayangnya, tulisan dan ukiran pada batu nisan sudah mulai memudar akibat erosi, sehingga sulit untuk dibaca.

Sebagai salah satu masjid tertua di Jakarta, Masjid Jami An-Nawier memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam. Konon, masjid ini menjadi induk bagi masjid-masjid di sekitarnya. Setiap hari Jumat, sekitar 2.000 jamaah melaksanakan salat di masjid ini.

Saat memasuki masjid, pengunjung akan menemukan sebuah mimbar antik di arah kiblat. Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Pontianak sekitar satu abad yang lalu.

Dari bentuk dan corak ukirannya, mimbar ini diperkirakan dibuat pada abad ke-18 dan masih terawat dengan baik hingga sekarang. Meski telah mengalami beberapa renovasi, keaslian arsitektur dan nilai sejarah masjid tetap terjaga.

Karena jumlah jamaah yang terus bertambah, pengurus masjid berupaya memperluas kapasitasnya. Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Museum dan Sejarah turut berkontribusi dalam pemeliharaan dan pemugaran masjid.

Pada 1970-1971, dalam program Pelita II, pemugaran dilakukan untuk menjaga keaslian dan daya tarik bangunan ini. Langkah Pemda ini sangat penting untuk menjaga kelestarian salah satu monumen bersejarah di ibu kota.

Sampai sekarang, Masjid Jami An-Nawier masih menjadi tempat utama bagi umat Muslim yang ingin mengaji dan melaksanakan salat.

Dengan kapasitas sekitar seribu jamaah, masjid ini tetap menjadi saksi perkembangan Islam sejak abad ke-18. Keindahan mimbar hadiah dari Sultan Pontianak tetap terjaga, menambah kesan historis yang begitu kental bagi siapa saja yang berkunjung ke masjid ini.

Berita Terkait

News Update