Sebagai salah satu masjid tertua di Jakarta, Masjid Jami An-Nawier memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam. Konon, masjid ini menjadi induk bagi masjid-masjid di sekitarnya. Setiap hari Jumat, sekitar 2.000 jamaah melaksanakan salat di masjid ini.
Saat memasuki masjid, pengunjung akan menemukan sebuah mimbar antik di arah kiblat. Mimbar ini merupakan hadiah dari Sultan Pontianak sekitar satu abad yang lalu.
Dari bentuk dan corak ukirannya, mimbar ini diperkirakan dibuat pada abad ke-18 dan masih terawat dengan baik hingga sekarang. Meski telah mengalami beberapa renovasi, keaslian arsitektur dan nilai sejarah masjid tetap terjaga.
Karena jumlah jamaah yang terus bertambah, pengurus masjid berupaya memperluas kapasitasnya. Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Museum dan Sejarah turut berkontribusi dalam pemeliharaan dan pemugaran masjid.
Pada 1970-1971, dalam program Pelita II, pemugaran dilakukan untuk menjaga keaslian dan daya tarik bangunan ini. Langkah Pemda ini sangat penting untuk menjaga kelestarian salah satu monumen bersejarah di ibu kota.
Sampai sekarang, Masjid Jami An-Nawier masih menjadi tempat utama bagi umat Muslim yang ingin mengaji dan melaksanakan salat.
Dengan kapasitas sekitar seribu jamaah, masjid ini tetap menjadi saksi perkembangan Islam sejak abad ke-18. Keindahan mimbar hadiah dari Sultan Pontianak tetap terjaga, menambah kesan historis yang begitu kental bagi siapa saja yang berkunjung ke masjid ini.