Suasana Blok F Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 hijriah, Minggu, 16 Maret 2025. (Sumber: Poskota/Ali Mansur)

JAKARTA RAYA

Pengamat Ekonomi Sebut Omzet Pedagang Tanah Abang Anjlok adalah Persoalan Kompleks

Minggu 16 Mar 2025, 21:55 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir tekstil terbesar telah mengalami penurunan pendapatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Situasi ini semakin terasa jelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah yang seharusnya menjadi momentum yang menguntungkan bagi para pedagang. Namun, kenyataannya, banyak pedagang yang mengeluhkan omzetnya menurun drastis.

Pengamat ekonomi, Ignatius Untung menilai, omzet pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang merupakan persoalan yang kompleks. Selain konsumen yang beralih ke belanja online, kemudian lesunya ekonomi juga ada perubahan budaya masyarakat dalam merayakan lebaran atau Idul Fitri.

"Kalau ditanya penyebab pastinya, saya tidak tahu butuh riset. Ini masalah kompleks, tapi memang ada beberapa faktor bukan satu faktor saja. Ya bisa saja e-commerce jadi salah penyebabnya karena konsumen maunya simpel enggak perlu desak-desakan," ujar Ignatius saat dihubungi Poskota.co.id, Minggu, 16 Minggu 2025.

Baca Juga: Dua Pekan jelang Lebaran, Pedagang Pasar Tanah Abang Keluhkan Omzet Turun 70 Persen

Sebenarnya, kata Ignatius, dampak dari kehadiran e-commerce tidak hanya pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang, tapi juga penjual barang elektronik di Glodok misalnya juga demikian. Namun sebenarnya, masalah dapat diatasi, lantaran para pedagang di Tanah Abang juga bisa berjualan secara daring alias online dengan memanfaatkan media sosial maupun platform e-commerce.

"Tapi sejauh ini memang yang online lajunya kencang sekali, sedangkan yang offline ini melambat. Mungkin ini juga yang terjadi di Pasar Tanah Abang," ucap dia.

Lebih lanjut, Ignatius juga menilai, pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan juga berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Banyak konsumen yang lebih memilih untuk menghemat pengeluaran mereka, termasuk pada saat bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Ada artikel yang baca bahwa selama lima tahun terakhir daya belanja masyarakat untuk kebutuhan konsumsi selama puasa dan lebaran itu setiap tahun terus menurun, tapi ini butuh riset untuk mencari faktor penyebabnya," terangnya.

Baca Juga: Dua Pekan Jelang Lebaran, Pasar Tanah Abang Diserbu Pengunjung

Selain itu, menurut Ignatius, perubahan budaya atau kebiasaan masyarakat dalam merayakan lebaran juga mempengaruhi menurunnya omzet pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang. Jika dulu menyambut hari Raya Idul Fitri dengan memakai pakaian baru, kata Ignatius, mungkin sekarang masyarakat lebih menyisihkan untuk kebutuhan leasure. Begitu juga dengan budaya lainnya seperti saling memberi parsel saat lebaran juga sepertinya sudah berubah.

"Ini seperti ada pergeseran budaya dalam merayakan lebaran. Mungkin sekarang orang lebih memilih untuk jalan-jalan dibanding beli baju baru. Kaya parcel, beberapa tahun juga menurun penjualannya," ucap Ignatius.

Oleh karena itu, Ignatius berharap pemerintah menangani persoalan semakin sepinya Pasar Tanah Abang dengan serius. Seharusnya pemerintah yang memiliki lembaga riset terbesar harus bergerak, tentunya berkolaborasi dengan swasta agar independen. Kemudian kolaborasi antara pedagang, asosiasi, dan pemerintah juga diperlukan untuk menciptakan solusi jangka panjang yang dapat menguntungkan semua pihak.

"Pemerintah harus hadir dengan serius, jangan setengah-setengah. Harus dicari penyebab, temukan solusinya, tangani sampai tuntas," ucapnya.

Tags:
Idul FitriPasar Tanah Abang

Ali Mansur

Reporter

Febrian Hafizh Muchtamar

Editor