Kelangkaan komoditas pangan hasil pertanian, banyak dipengaruhi faktor cuaca. Produktivitas menjadi rendah karena cuaca kurang mendukung, seperti cabai rawit yang belakangan ini harganya meroket, konon, lebih disebabkan karena faktor curah hujan yang tinggi beberapa bulan terakhir ini.
‘Berarti pasokan berkurang karena musim penghujan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Kalau itu yang terjadi dapat dikatakan masalah klasik, karena terjadi hampir setiap tahun, pasokan berkurang atau tersendat karena terkendala musim penghujan,” kata Yudi.
“Tapi jangan selamanya salahkan cuaca menjadi penyebabnya. Mungkin ada faktor yang lan. Kasihan kalau cuaca selalu disalahkan,” urai Heri.
“Faktanya karena faktor cuaca. paling gampang disalahin. Kalau bukan cuaca, lantas siapa yang disalahkan?,” tanya Yudi.
“Nggak perlu saling menyalahkan, yang diperlukan saat sekarang adalah mencari solusi agar harga cabai tidak melonjak lagi. Harga pangan tetap stabil, di tengah kebutuhan meningkat harga tetap,” kata mas Bro.
“Setuju Bro. Mencari solusi, bukan mencari-cari kesalahan karena yang dibutuhkan rakyat adalah realisasi, bukan sebatas janji,” ujar Yudi.
“Lag pula seperti sering dikatakan kenaikan harga pangan hampir terjadi setiap perayaan hari - hari besar keagamaan. Kali ini, terjadi jelang puasa dan lebaran. Di saat permintaan meningkat, persediaan sedikit saja tersendat, harga akan naik,” jelas mas Bro.
“Jadi kita sudah tahu, historisnya begitu, tinggal mencari solusi yang jitu,” ujar Yudi.
“Rakyat sangat berharap harga pangan stabil, stok cukup, gampang juga mendapatkannya karena tersebar di mana-mana,” ujar Heri.
“Lah, kalau soal stok jangan khawatir, pemerintah mengatakan stok komoditas pangan secara nasional lebih dari cukup seperti beras, minyak goreng untuk kebutuhan selama Ramadan,” kata Yudi.