Hal ini sangat relevan dalam konteks kesehatan mental, karena kemampuan untuk mengendalikan diri berkaitan langsung dengan pengelolaan stres dan emosi.
Dengan berpuasa, seseorang diajak untuk lebih bersabar, tidak terburu-buru dalam reaksi terhadap stimulus eksternal, dan lebih reflektif dalam menjalani kehidupan.
Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar, juga menyatakan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan berbagai godaan yang bisa merusak ketenangan batin.
Oleh karena itu, puasa adalah latihan spiritual yang bisa membantu seseorang mencapai ketenangan jiwa, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan keseimbangan emosional.
Perspektif Ilmu Psikologi Islam
Psikologi Islam menawarkan pendekatan yang lebih holistik dalam memahami pengaruh ibadah puasa terhadap kesehatan mental.
Dalam Islam, keseimbangan antara aspek fisik, mental, dan spiritual sangat ditekankan.
Puasa Ramadhan tidak hanya berfokus pada aspek fisik, seperti menahan lapar dan haus, tetapi juga pada pengelolaan emosi dan pikiran.
Baca Juga: Rahasia Diet Saat Puasa Ala Ade Rai! Makan Enak Tapi Tetap Langsing dan Bugar
Puasa membantu individu untuk mengembangkan self-control, yang merupakan keterampilan psikologis penting untuk kesehatan mental.
Menurut teori psikologi Islam, seseorang yang mampu mengendalikan nafsunya, termasuk dalam hal makan, minum, dan aktivitas duniawi lainnya, akan lebih mampu mengelola perasaan cemas, marah, atau stres.
Dengan latihan menahan diri selama bulan Ramadhan, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup mental dan emosionalnya.
Sebagai contoh, puasa dapat membantu mengurangi kecemasan yang berlebihan, karena seseorang yang menjalankan puasa cenderung lebih sabar dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi yang menekan.