Kesuksesan Sritex semakin terlihat ketika perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 dengan kode saham SRIL.
Di bawah kepemimpinan Iwan Lukminto, putra pendiri perusahaan, Sritex berhasil berkembang menjadi produsen tekstil global, dikenal dengan kualitas produknya yang tinggi dan kemampuannya memenuhi permintaan pasar internasional.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, Sritex kini menghadapi tantangan berat. Persaingan global yang semakin ketat, kenaikan biaya produksi, serta perubahan dinamika pasar menjadi faktor yang mempersulit keberlanjutan bisnis perusahaan ini.
Beban utang yang terus meningkat juga semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Akibatnya, Sritex harus mengambil langkah drastis, termasuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 6.600 karyawan dan menghentikan seluruh operasionalnya.