Sementara itu Imam Malik melakukan 36 rakaat yang ditutup salat witir. Menurut Agus, beberapa ulama atsar dan sahabat Nabi bahkan ada yang tidak membatasi jumlah rakaat salat tarawih.
“Salat tarawih itu kan disebut sebagai salat lail (salat malam), atau kalau bangun tidur disebut sebagai salat tahajud, kalau dilaksanakan di bulan Ramadhan disebut dengan tarawih karena ada jeda istirahatnya,” terang Agus.
Agus mengatakan, Muhammadiyah memilih mengikuti tata cara yang dilakukan Rasulullah Saw, yakni Salat Tarawih dengan dua macam pilihan caranya.
Baca Juga: Salat Tarawih Perdana Ramadhan 2025 Dimulai Kapan? Cek Jadwal Resmi, Niat dan Keutamaannya
Rakaat Tarawih 4-4-3
Muhammadiyah menggunakan formasi 4-4-3 berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi:
“Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah melakukan salat sunah pada Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya.
Kemudian, beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat (witir).
Rakaat pertama witir baca Surat Al-A’la, rakaat kedua Al-Kafirun, dan rakaat ketiga baca Al-Ikhlas. Atau bisa tiga qul itu (Al Ikhlas, Al Falaq, An-Nas),”.
Baca Juga: Niat Sholat Tarawih Berjamaah dan Sendiri
Rakaat Tarawih 2-2-2-2-2-1
Sedangkan pilihan kedua, Muhammadiyah menurut Agus memakai formasi 2-2-2-2-2 yang ditambah satu witir berdasarkan hadis riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas:
“Aku berdiri di samping Rasulullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah salat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat,
selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan salat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan saalat subuh.”