POSKOTA.CO.ID - Menentukan awal Ramadan merupakan momen penting bagi umat Islam, yang dilakukan melalui dua metode utama: rukyat (pengamatan langsung) dan hisab (perhitungan astronomi).
Kedua pendekatan ini digunakan untuk memastikan kemunculan hilal (bulan sabit pertama) setelah matahari terbenam pada tanggal 29 Syaban.
Metode Rukyat: Pengamatan Langsung Hilal
Metode rukyat melibatkan pengamatan visual hilal setelah matahari terbenam. Jika hilal terlihat, keesokan harinya ditetapkan sebagai 1 Ramadan. Jika tidak, bulan Syaban digenapkan menjadi 30 hari. Pengamatan ini biasanya dilakukan di lokasi dengan cakrawala barat yang jelas, seperti pantai atau dataran tinggi. Faktor cuaca dan kondisi atmosfer sangat mempengaruhi keberhasilan pengamatan.
Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan serta Doa Berbuka, Lengkap dengan Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya
Metode Hisab: Perhitungan Astronomi
Metode hisab menggunakan perhitungan matematis dan astronomi untuk menentukan posisi bulan. Di Indonesia, terdapat beberapa kriteria hisab yang digunakan, antara lain:
Kriteria MABIMS: Mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
Hisab Wujudul Hilal: Digunakan oleh Muhammadiyah, yang menetapkan bahwa jika bulan sudah berada di atas ufuk, berapa pun tingginya, hilal dianggap terlihat.
Penetapan Awal Ramadan 2025
Pada tahun 2025, penetapan awal Ramadan di Indonesia melibatkan beberapa pihak:
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat pada Jumat, 28 Februari 2025, untuk menentukan awal Ramadan 1446 H. Sidang ini akan dipimpin oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat.
Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah menetapkan bahwa 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini berdasarkan perhitungan astronomi yang mereka lakukan.
Nahdlatul Ulama (NU) dan beberapa organisasi Islam lainnya biasanya menunggu hasil sidang isbat pemerintah sebelum menetapkan awal Ramadan.