Dengan mindset ini, kamu akan lebih bijak dalam memilih makanan, tidak asal makan hanya karena lapar mata, dan lebih fokus pada asupan bernutrisi.
2. Konsumsi Asam Asetat dari Cuka Alami
Minum satu sendok makan cuka alami (seperti cuka apel) yang dicampur air sebelum berbuka atau sahur dapat membantu mengontrol lonjakan gula darah. Namun, gunakan sedotan agar tidak merusak enamel gigi.
Sebuah studi membandingkan lonjakan gula darah setelah makan brownies secara langsung dan setelah minum cuka alami lebih dulu.
Hasilnya ialah lonjakan gula darah lebih rendah jika mengkonsumsi cuka alami dilakukan sebelumnya.
Baca Juga: 5 Bansos Alokasi Maret 2025 Cair Sebelum Ramadhan? Cek Daftar Lengkap dan Besaran Bantuannya
3. Geser Takjil Manis ke Akhir
Takjil manis memang menggoda, tetapi kebanyakan mengandung gula tambahan tinggi. Sebagai contoh, es buah bisa mengandung hingga 40 gram gula tambahan per porsi, sedangkan batas konsumsi gula harian yang dianjurkan hanya 50 gram per hari.
Alih-alih langsung mengonsumsi takjil manis, cobalah berbuka dengan kurma, buah dengan serat tinggi, dan protein sehat seperti telur rebus atau kacang-kacangan.
Konsumsi takjil manis di akhir setelah makan utama akan membuat gula darah lebih stabil dan mengurangi risiko makan berlebihan.
4. Pengaturan Piring Makan yang Seimbang
Menurut Ramadhan Nutrition Plan, pembagian makronutrien yang ideal selama puasa Ramadhan bagi Anda yang ingin diet adalah.
- 45-50 persen karbohidrat (pilih yang sehat seperti nasi merah, ubi, atau quinoa)
- 20-30 persen protein (ayam, ikan, tahu, tempe, telur)
- 35 persen lemak sehat (alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan)
Kamu bisa menggunakan aplikasi kalori tracking atau metode visualisasi piring sehat untuk mempermudah pengaturan porsi makan.
5. Pilih Karbohidrat dengan Indeks Glikemik Medium
Kenapa tidak memilih karbohidrat dengan indeks glikemik rendah? Karena dalam kondisi puasa, tubuh lebih rentan mengalami dehidrasi.
Karbohidrat dengan indeks glikemik medium seperti nasi merah, ubi, atau quinoa lebih disarankan dibandingkan memotong karbohidrat secara drastis.