Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ، فَلَا صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang belum berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud, Ibnu khuzaimah, baihaqi)
Puasa bulan Ramadhan berbeda dengan puasa sunah. Niat puasa sunnah boleh dilakukan pagi hari asalkan sebelum waktu zawal atau tergelincirnya matahari ke barat.
Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadis :
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ عَلَىَّ قَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ طَعَامٌ ». فَإِذَا قُلْنَا لاَ قَالَ « إِنِّى صَائِمٌ »
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menemuiku lalu ia berkata, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami jawab tidak, maka beliau berkata, “Kalau begitu aku puasa.” (HR. Muslim no. 1154 dan Abu Daud no. 2455).
Baca Juga: 30+ Tulisan Marhaban Ya Ramadhan 2025 yang Cocok untuk Caption di Media Sosial, Unik dan Menarik
2. Niat dilafalkan dalam hati
Semua ulama sepakat bahwa niat dilafalkan dalam hati. Niat yang diucapkan di lisan belum dianggap cukup.
Melafalkan niat bukanlah suatu syarat dan tidak harus melafakannya. Hal tersebut sebagaimana dikatakan Imam An-Nawawi :
النية في جميع العبادات معتبرة بالقلب ولا يكفي فيها نطق اللسان مع غفلة القلب ولا يشترط
“Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan,…” (Raudhah at-Thalibin, 1:84).