Tidak seperti biasanya Mas Bro bergegas meninggalkan warteg usai maksi bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.
“Aku duluan ya sobat,” ujar mas Bro sambil bergegas pergi meninggalkan kedua sohibnya.
“Wey.. kok kabur duluan, urusan pembayaran belum selesai,” cegah Yudi.
“Biarlah soal pembayaran nanti kita selesaikan. Mungkin dia lagi ada urusan penting,” kata Heri.
“Wah nggak boleh begitu dong, dia janjinya hari ini yang mau traktir kita, bukan malah kita yang bayarin dia. Nggak fair namanya,” ujar Yudi.
“Udah nggak usah teriak-teriak didengar banyak orang nggak enak. Apa pun dia adalah sahabat kita. Dia lagi kebelet.,” urai Heri.
“Woh dasar. itu cuma alasan aja,” kata Yudi.
Melihat Yudi masih penasaran atas perilaku sohibnya yang tak biasa itu, Heri menggeser duduknya, kemudian setengah berbisik menjelaskan,”Dia kabur duluan karena takut menghadapi risiko,”
“Risiko traktir kita, kalau nggak ada duit, ya bilang aja, kayak orang lain aja kita ini,” kata Yudi.
“Ssstt. Nggak usah emosi. Kau tahu cewek yang berambut panjang di bangku seberang. Itu yang selama ini ditaksir teman kita,” kata Heri.
“Oh... tahu – tahu,” jawab Yudi.
.jpg)
