Dalam dunia politik dikenal istilah “Tak ada lawan abadi atau pun kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi”.
Istilah ini lebih kepada realitas politik atas dinamika yang kerap terjadi. Sebut saja, dulu lawan,kini menjadi kawan. Sebaliknya dulu menjadi kawan, kini menjadi lawan. Yang tidak berubah adalah kepentingan politik dalam menyikapi situasi yang terjadi.
“Tetapi istilah lawan politik sepertinya perlu direvisi atau disesuaikan lagi,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Kok bisa?,” tanya Yudi.
“Karena demokrasi kita tidak menggunakan lawan politik, yang ada adalah kawan seperjuangan. Kita bersaing dengan tujuan yang sama, ujungnya mengabdi dan berbakti kepada bangsa dan negara, rakyat Indonesia,” kata Heri.
“Itu yang dikatakan Ketua Dewan Pembina , sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dalam sambutannya di HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul, Bogor, Sabtu, 15 Februari 2025,” tambah Heri.
“Kalai begitu istilahnya perlu kita selaraskan. Misalnya dalam dunia politik tidak dikenal istilah lawan politik, yang ada adalah kawan bersaing untuk mengabdi. Bisa nggak ? tanya Yudi.
“Kalau bicara bisa, pasti bisa. Bukankah setiap warga negara mempunyai hak untuk menyatakan pendapat. Masalahnya istilah itu bisa diterima atau enggak,” jawab mas Bro.
“Tapi keren kan istilah itu. Kan tujuannya untuk memotivasi diri agar tidak saling bermusuhan, tetapi bagaimana bersaing untuk mengabdi kepada negeri,” ujar Yudi.
“Suka –suka kamu aja lah. Sepanjang maksud dan tujuannya baik, tak perlu dipersoalkan. Namanya juga obrolan ringan saling sharing membangun komunikasi di antara kita, “ jelas mas Bro.
“Iya, kan bagus bersaing untuk mengabdi, bukan bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan jabatan semata,” urai Yudi.