Kopi Pagi: Tuntutan, Ucapan Selaras Perbuatan

Kamis 13 Feb 2025, 08:03 WIB
Kopi Pagi: Tuntutan, Ucapan Selaras Perbuatan (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Tuntutan, Ucapan Selaras Perbuatan (Sumber: Poskota)

“Perilakunya jauh menyimpang dari apa yang diucapkan, kebijakan tak selaras dengan yang telah dijanjikan.Lantang menyuarakan kepentingan rakyat, tetapi mendukung kebijakan yang meminggirkan kehendak rakyat,  itu cermin tak selarasnya kata dengan perbuatan.”

-Harmoko-

Sering dikatakan pernyataan itu mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Makna lain, tindakan tak semudah diucapkan. Namun, sesulit apa pun tindakan harus senantiasa diupayakan sebagaimana yang telah diucapkan.

Tindakan harus selaras dengan ucapan. Satunya kata dengan perbuatan hendaknya menjadi pijakan bagi setiap orang, tokoh masyarakat dan pejabat, lebih-lebih para pemimpin di semua level, mulai dari kepala desa, kepala daerah hingga kepala pemerintahan.

Ada pula adagium, dalam kepemimpinan dan kehidupan, jauh lebih bijaksana untuk menilai orang dari perbuatannya dari pada ucapannya, rekam jejaknya dari pada pada ucapannya, aksi nyata dari pada perkatannya, realisasi dari pada sebatas janji.

Karenanya para leluhur kita mengajarkan berkata bijak itu penting, tetapi jauh lebih penting bijak dalam perbuatannya.

Dalam pepatah Jawa dikenal istilah "Sabdo pandhito ratu” yang mengandung makna apa yang telah diajarkan oleh para pandhito dan diucapkan oleh raja tidak boleh diubah kembali.

Dapat pula kita maknai bahwa pemimpin harus konsisten, wajib mengimplementasikan apa yang telah diucapkan. Kata-kata dan perbuatan harus selaras. Tak perlu ada keraguan, tidak pula terpengaruh oleh perasaan untuk mengambil tindakan seperti telah diucapkan,meski tak jarang menuai kontroversi.

Semakin lengkap, jika “berbudi bawa laksana”, bahwa seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam tata nilai, moral, berbudi luhur dan murah hati.Memiliki empati, kepedulian kepada anak buahnya, jika kepala daerah kepada warga masyarakat daerahnya, kalau pemimpin negeri kepada seluruh rakyatnya. Rela hidup sengsara demi rakyatnya, rela mati demi negeri.

Ini tentu tak sebatas slogan dan retorika. Sebab, cinta rakyat tiada guna jika sebatas retorika tanpa aksi nyata.

Itulah perlunya menyelaraskan ucapan dengan perbuatan. Dalam konteks kebijakan adalah bagaimana menyelaraskan program dengan kehendak rakyat.

Berita Terkait

Kopi Pagi: Pilgub Masa Depan

Kamis 23 Jan 2025, 08:02 WIB
undefined

Kopi Pagi: Buang Suara Sumbang

Senin 10 Feb 2025, 08:01 WIB
undefined
News Update