Beratnya Nelayan Paljaya Bekasi, Penghasilan Menurun Akibat Pagar Laut

Rabu 12 Feb 2025, 11:44 WIB
Sanin, salah satu nelayan di Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, menceritakan dampak yang dirasakannya setelah ada pagar laut, Selasa, 11 Februari 2025. (Sumber: Poskota/Ihsan Fahmi)

Sanin, salah satu nelayan di Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, menceritakan dampak yang dirasakannya setelah ada pagar laut, Selasa, 11 Februari 2025. (Sumber: Poskota/Ihsan Fahmi)

Jumlah pendapatan itu tak mampu menutup pengeluaran yang ia keluarkan selama berlayar mencari ikan. Sanin mengatakan, dia bersama nelayan kecil lainnya harus menyiapkan setidaknya lima liter bensin pertalite untuk pergi melaut.

Harga bensin per liter yang dia beli dari warga sekitar Rp12 ribu. Selain bahan bakar, ia perlu menyiapkan makan dan lauk-pauk serta sebungkus rokok. Jika ditotal, pengeluaran yang dia keluarkan untuk melaut mencapai Rp100 atau Rp120 ribu per hari. "Belum rokok, bensin itu. Semua minus, enggak sebanding antara pendapatan dan pengeluaran," ujarnya.

Selama dua bulan terakhir, pendapatannya turun drastis 50 persen. Sepekan lalu, pria dengan empat anak itu sempat menggadaikan motor miliknya ke salah satu bank emok untuk mendapatkan uang Rp1 juta. "Sampai gadai motor, ya cuma sejuta, buat itu (makan dan kehidupan sehari-hari)," ujarnya.

Pagar laut yang terbuat dari bambu dengan urukan tanah itu sudah ada sejak tahun lalu. Pagar itu dibangun oleh PT. Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN). Rupanya, berdasarkan keterangan yang diperoleh Poskota, pagar laut di utara Kabupaten Bekasi menjadi cikal bakal proyek pelabuhan berdasarkan rencana awal perusahaan. Namun, karena polemik yang terjadi, pagar laut tersebut dipastikan akan dibongkar.

Kawasan Paljaya Tarumajaya, kata dia, kaya akan dengan hasil lautnya. Terutama ikan bandeng, mujair, blanak, kedukang, sembilang, udang, kepiting dan rajungan ada di sana. Di sisi lain, keberadaan pagar laut menyulitkan nelayan mendapatkan ikan. Sebab ikan-ikan itu justru menghindar dan berenang ke arah lain.

"Sekarang kalau melaut ya harus memutar dulu, kan ada pagar, ikan terhalang gara-gara pagar," ujarnya.

Selain keberadaan pagar laut, para nelayan dihadapi dengan cuaca ekstrem yang tak menentu. Ia harus menghitung konsekuensi, terlebih saat hujan deras tiba. "Kalau perahu kita ke pinggir, perahu kita kena pagar. Kalau kita melaut, kita dihadapi ombak gede, serba salah," ucapnya.

Sanin berharap, pagar laut itu segera dibongkar. "Hasil laut biarkan kembali ke laut lagi, menjadi normal," kata dia.

Berita Terkait

News Update