Tanpa jembatan ini, tak ada jalan lain yang dapat dilalui. Bahkan, meski mengetahui bahaya yang mengancam, mereka terpaksa melintasi jembatan setiap hari. "Kami tidak punya pilihan lain. Meskipun takut, kami harus melaluinya untuk pergi ke sekolah," ujar Nisa, merangkai kata-kata yang penuh dengan keteguhan hati.
Namun, bukan hanya anak-anak yang merasakan kecemasan. Herman, yang sudah lama tinggal di sana, mengaku bahwa setiap kali melihat anak-anak menyeberangi jembatan, dia merasa cemas. "Kami semua khawatir kalau jembatan ini ambruk saat dilintasi anak-anak. Itu yang membuat kami selalu dihantui rasa takut," katanya.
Meski kerusakan ini sudah berlangsung setahun, perbaikan belum juga datang. Warga berharap, pemerintah daerah maupun provinsi segera mengambil tindakan untuk memperbaiki jembatan gantung ini. "Kami harap jembatan ini bisa segera diperbaiki supaya kami tidak terus-terusan merasa was-was," ucapnya.
Situasi yang dihadapi warga Kampung Sukajaya, terutama anak-anak sekolah, menggambarkan betapa pentingnya infrastruktur yang aman bagi kehidupan sehari-hari. Sebuah jembatan yang seharusnya menjadi simbol penghubung antara masyarakat dan kemajuan, justru menjadi sarana yang mengancam keselamatan mereka.
Di balik ketegaran Nisa dan teman-temannya yang tetap berangkat ke sekolah meski dengan rasa takut, ada harapan agar kondisi ini segera berubah. Harapan akan perbaikan yang tidak hanya sekadar membangun kembali jembatan, tetapi juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga dan anak-anak sekolah di sekitar Kampung Sukajaya.