Kecelakaan Maut di Gerbang Tol Ciawi, Pakar Sebut Gambaran Minimnya Perhatian Pemerintah pada Keselamatan

Kamis 06 Feb 2025, 18:47 WIB
Ilustrasi kecelakaan. (Sumber: Freepik/jannoon028)

Ilustrasi kecelakaan. (Sumber: Freepik/jannoon028)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar Transportasi Djoko Setijowarno menilai peristiwa kecelakaan maut di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2 yang menewaskan delapan orang, menunjukkan masih minimnya perhatian pemerintah terhadap keselamatan.

"Selain kompetensi pemudi, kondisi kendaraan yang kurang terawat membuat kecelakaan yang melibatkan angkutan barang terus terjadi. Kejadian-kejadian ini mencerminkan lemahnya tata kelola dan kurangnya upaya perbaikan yang seharusnya dilakukan pemerintah," ujar Djoko kepada Poskota.co.id, Kamis, 6 Februari 2025.

Menurut Djoko, permasalahan tabrakan beruntun yang berulang atau kecelakaan truk dengan dimensi dan muatan berlebih (ODOL) tidak pernah mendapatkan solusi dari negara. Insiden kecelakaan maut di GT Ciawi 2 merupakan akumulasi carut marut penyelenggaraan atau tata kelola angkutan logistik di Indonesia.

Baca Juga: Alami Luka Bakar, 2 Korban Tewas Kecelakaan Gerbang Tol Ciawi Belum Teridentifikasi

Oleh karena itu, Djoko mendesak pemerintah segera mengambil langkah nyata dan terukur dalam meningkatkan keselamatan transportasi darat. Jika masalah ini terus diabaikan, masyarakat akan terus hidup dalam kecemasan dan harus mempertaruhkan nyawa setiap kali menggunakan moda transportasi darat.

"Kita tidak harus menunggu ada pejabat atau keluarga pejabat yang menjadi korban, sudah banyak nyawa hilang, sehingga harus segera dibenahi," kata Djoko

Lebih lanjut, Djoko menyebut angka fatalitas kecelakaan lalu lintas di Indonesia rata-rata mencapai kurang lebih sebanyak 25 ribu jiwa per tahun. Angka tersebut setara 3-4 orang meninggal dunia per jam.

Djoko menyebutkan, berdasarkan data dari Korlantas Polri, angka fatalitas kecelakaan pada 2023 sebesar 1,3 persen atau lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.

Data Korlantas Polri pada tahun 2024, kata Djoko, faktor penyebab kecelakaan lalu lintas angkutan barang dan bus sebanyak 98 persen karena kelalaian pengguna (human error). Sisanya 1,7 persen kondisi kendaraan tidak memenuhi standar teknis dan 0,3 persen disebabkan prasarana dan lingkungan.

"Dari total jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, sebesar 10 persen armada angkutan barang. Menempati peringkat kedua setelah sepeda motor 79 persen. Angkutan bus delapan persen dan mobil penumpang tiga persen," beber Djoko.

Djoko berharap, pemotongan anggaran tidak membabi buta yang akhirnya malah sulit mengantisipasi masalah kecelakaan, karena untuk mencari data juga akhirnya terbatas. Anggaran program keselamatan di Kementerian Perhubungan jangan dikurangi apalagi dipangkas, termasuk operasional KNKT tidak harus ikut dipangkas.

Berita Terkait
News Update