Yonih Meninggal setelah Tenteng Gas dari Pangkalan

Selasa 04 Feb 2025, 13:32 WIB
Warga mengepung truk pengangkut gas LPG 3 kg di Tigaraksa, Tangerang (Sumber: Poskota/Veronica)

Warga mengepung truk pengangkut gas LPG 3 kg di Tigaraksa, Tangerang (Sumber: Poskota/Veronica)

Pemprov Jakarta segera menggelar rapat dengan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Ditjen Migas) serta Pertamina untuk mengevaluasi kebijakan baru yang melarang pengecer menjual gas bersubsidi.

"Keputusan baru ini membuat distribusi langsung dari agen ke pangkalan tanpa melalui pengecer, dan justru menimbulkan hambatan. Saya juga belum tahu kenapa aturan itu dibuat," ungkapnya.

Di Tajur Halang, Kabupaten Bogor, warga berbondong-bondong menyerbu agen resmi. Antrean panjang sudah terlihat sejak pagi demi mendapatkan tabung gas subsidi yang kini sulit ditemukan di warung-warung eceran.

Ade, 30 tahun, warga Desa Kalisuren, Tajurhalang, mengaku rela antre sejak pagi di agen Jalan Raya Jampang. Ia terpaksa mencari hingga ke beberapa wilayah, tetapi stok gas tetap tidak tersedia. "Sampai ke Bojong Gede juga enggak ada," katanya.

Hal serupa dialami Samin, 50 tahun, yang juga kesulitan mendapatkan gas di warung eceran. "Tadi sudah keliling tiga warung di Desa Kalisuren, tapi kosong semua. Sekarang coba ke agen, katanya di sini bisa dapat asalkan bawa KTP," tuturnya.

Pimpinan agen distribusi gas PT Mandiri Utama Sakti, Pirsa Aru N, mengakui, antrean panjang terjadi setelah pemerintah melarang warung-warung menjual LPG tiga kilogram. Dampaknya, warga kini langsung membeli ke agen resmi. "Sebelum agen buka jam 08.00 WIB, warga sudah antre bawa tabung kosong," kata Aru.

Menurutnya, pembelian gas sekarang hanya bisa dilakukan melalui pangkalan yang sedang menurunkan muatan. Warga yang ingin membeli wajib membawa fotokopi KTP untuk didata. "Agen tidak boleh menjual langsung ke warga. Tapi saat ada pangkalan yang turunkan muatan, warga bisa beli dengan menunjukkan KTP," jelasnya.

Aru menegaskan, stok LPG tiga kilogram sebenarnya masih normal. Hanya saja, kebijakan baru membuat warga panik dan khawatir tidak dapat. Dia menuturkan kepanikan ini terjadi setelah aturan baru pemerintah per 1 Februari yang melarang penjualan di warung. "Seakan-akan stok habis, padahal tidak. Stok masih normal," katanya.

Berhentikan Truk Pembawa Gas

Di Cimahi, warga juga rela antre berjam-jam demi mendapatkan LPG tiga kilogram. Di salah satu pangkalan di Leuwigajah, Cimahi Selatan, warga bahkan nekat menghentikan truk agen pembawa gas. Kepanikan akibat kelangkaan stok membuat antrean semakin tidak terkendali. Beruntung, situasi dapat diredam oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang berjaga di lokasi.

Warga Cimahi juga mengantre panjang sejak pagi untuk memperoleh gas melon. Kebanyakan adalah ibu-ibu yang berharap mendapatkan tabung gas sebelum kehabisan. Pasokan baru tiba sekitar pukul 12.00 WIB, membuat banyak warga harus menunggu lama di bawah terik matahari.

Elis, 40 tahun, salah seorang warga, mengaku kerepotan dengan sistem baru yang mengharuskan pembeli membawa fotokopi KTP. Ia menilai aturan ini justru semakin menyulitkan, terutama bagi ibu rumah tangga yang harus bolak-balik hanya untuk mendapatkan satu tabung gas. "Apalagi kalau lagi masak tiba-tiba gas habis, kita harus repot lagi antre, dan cuma bisa beli satu tabung," tambahnya.

Situ Sadiah, 53 tahun, bahkan harus pulang dengan tangan kosong karena stok di pangkalan sudah habis. "Kata yang punya pangkalan, sudah habis buat yang antre dari pagi," katanya sambil membawa pulang tabung kosong.

Berita Terkait

News Update