Di Desa Margasari, Kabupaten Tangerang, antrean panjang terlihat di beberapa agen resmi. Mirna, 42 tahun, mengaku sejak pagi sudah mencari LPG tiga kilogram ke berbagai tempat, tetapi tetap tidak mendapatkannya. "Sudah dua kali antre tapi enggak dapat. Sudah habis kata yang jualnya," ujarnya.
Budiman, 33 tahun, memilih mengikuti truk pengangkut gas ke pemberhentian agen berikutnya demi memastikan dirinya kebagian. "Ini mau diikuti aja. Biar kita dapat. Masa udah dari tadi antre tiba-tiba dibilang habis," katanya.
Di sisi lain, Koh Agun, pemilik salah satu agen, mengaku hanya menerima 120 tabung gas untuk hari kemarin, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah warga yang mengantre. "Cuma dapat 120 tabung saja. Tapi yang antre panjang banget sampai ke jalan raya, lebih dari 120 orang. Mereka juga marah-marah saat dikasih tahu gasnya habis," katanya.
Susahnya membeli LPG tiga kilogram juga melanda Jakarta, termasuk para pedagang kecil. Para pedagang gorengan, misalnya, sekarang harus ke agen dulu buat beli gas melon.
Peni, 44 tahun, pedagang gorengan di Palmerah, Jakarta Barat, mengatakan kini harus berangkat lebih pagi ke agen untuk mendapatkan gas. "Repot kalau harus ke agen. Kalau rumahnya dekat mah enak, kalau jauh kan jadi lebih ribet juga," ungkapnya.
Meski demikian, Peni mengakui harga gas di agen lebih murah dibandingkan membeli di pengecer. "Kalau beli di agen pakai KTP, harganya memang lebih murah," katanya.
Penjual gas melon eceran di Palmerah, Jakarta Barat, Purno, 33 tahun, mengaku sudah lebih dari dua minggu tidak mendapatkan pasokan. "Sudah lebih dari dua minggu kosong, cuma tabungnya doang yang ada," kata dia.
Sejak aturan baru diberlakukan, pengecer seperti Purno tidak lagi mendapat distribusi gas bersubsidi. Untuk bisa berjualan, mereka harus mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB). Purno pun masih bimbang apakah akan bertahan sebagai pengecer dengan mengurus NIB atau berhenti berjualan. "Untuk sekarang belum tahu. Kalau enggak bisa jualan lagi, paling saya jual saja tabungnya," ucapnya.
Pemprov Jakarta bergerak cepat menanggapi kelangkaan gas melon yang dikeluhkan masyarakat. Salah satu langkah yang dilakukan adalah meminta agen dan pangkalan untuk aktif memonitor stok dan melaporkan kondisi ketersediaan gas setiap pagi dan sore ke pihak terkait, termasuk Pertamina.
Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Jakarta, Hari Nugroho, menyebut langkah ini penting untuk memastikan distribusi berjalan lancar dan stok tetap terjaga di lapangan. "Kami meminta agen dan pangkalan untuk mendokumentasikan dan melaporkan stok gas mereka dua kali sehari, pagi dan sore," ujar Hari.
Pemprov juga meminta Pertamina agar mendistribusikan LPG tiga kilogram hingga tingkat pengecer, guna menghindari hambatan yang terjadi di masyarakat.
"Kami meminta agar distribusi ke wilayah-wilayah yang stoknya habis bisa segera disuplai kembali. Bahkan, kami juga ingin Pertamina membuka peluang bagi pengecer agar bisa menjadi pangkalan resmi, sehingga rantai distribusi tidak tersendat," jelasnya.