Yonih Meninggal setelah Tenteng Gas dari Pangkalan

Selasa 04 Feb 2025, 13:32 WIB
Warga mengepung truk pengangkut gas LPG 3 kg di Tigaraksa, Tangerang (Sumber: Poskota/Veronica)

Warga mengepung truk pengangkut gas LPG 3 kg di Tigaraksa, Tangerang (Sumber: Poskota/Veronica)

Setelah membeli gas, terang Widya, Yonih pulang dengan jalan kaki tapi merasa lelah dan berhenti sejenak untuk beristirahat di rumah tetangganya. Tak lama setelah itu, seorang tetangga mengantarnya pulang. Setibanya di rumah, Yonih merasa semakin lelah dan terjatuh.

Lantas, dari penjelasan Kapolsek, menantu Yonih segera menghubungi suami dan membawanya ke Rumah Sakit Permata Pamulang. Setibanya di rumah sakit, Yonih langsung ditangani oleh dokter. Namun sayangnya, ibu tersebut telah meninggal dunia.

Kapolsek menegaskan tidak ada antrean yang terjadi di pangkalan gas, dan berita yang beredar mengenai ibu tersebut meninggal setelah mengantre gas LPG adalah informasi yang tidak benar. "Tidak ada antrian di pangkalan gas. Fakta yang ada adalah korban meninggal di Rumah Sakit Permata Pamulang," tegasnya.

Ketua Pengurus LBH Keadilan Abdul Hamim Jauzie menekankan, kelangkaan gas melon menyebabkan kesulitan bagi masyarakat, terutama kalangan ekonomi lemah. Ia mengingatkan, ketersediaan yang terbatas membuat kebutuhan dasar ini menjadi langka dan sulit didapat.

"Kami menerima banyak informasi dari masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan untuk memasak sehari-hari, dan menjalankan usaha mikronya seperti pedagang kaki lima," kata dia.

LBH Keadilan menilai pemerintah perlu segera mengembalikan mekanisme pendistribusian dan penjualan eceran seperti sebelumnya. Kelangkaan gas dan bergejolaknya masyarakat menandakan pemerintah belum siap melakukan mekanisme pendistribusian dan penjuaan gas.

"Meninggalnya Ibu Yonih, merupakan bukti nyata negara melakukan pengabaian keselamatan warga negara dalam mendapatkan subsidi dari pemerintah," jelasnya.

Antre Beli Gas Melon

Di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, terjadi penumpukan antrean pembelian gas. Masyarakat menyerbu titik-titik pendistribusian gas melon. Mereka mengantre selama berjam-jam di tempat agen resmi untuk menunggu kedatangan truk Pertamina pengangkut LPG tiga kilogram. Namun, meski sudah menunggu begitu lama, tak juga mendapatkan gas melon.

Sebagian emak-emak pun meluapkan kekesalannya. Salah seorang ibu rumah tangga bahkan sempat membanting tabung gas kosong yang sudah dibawanya sejak pagi. "Sudah dari pagi ke sana ke sini enggak dapat. Padahal sudah antre lama-lama tahunya dibilang habis," kata Imas, 37 tahun, ibu rumah tangga di Tigaraksa, sambil memegang tabung gas kosong.

Suara Imas seolah tenggelam dalam teriakan para pengantre lainnya yang juga merasakan hal sama. Di lokasi yang sama, tepatnya di depan perumahan Triraksa 2, Sopiah, 57 tahun, menyampaikan dengan nada penuh frustrasi. Dia menyebut agen tidak tegas dalam mengatur pembelian gas melon.

"Enggak adil. Harusnya dari agen data dulu. Kita sudah duluan antre lama-lama dari tadi tapi yang dapat duluan yang baru datang karena berdiri dekat belakang truk saat menurunkan gasnya," kata Sopiah.

Keadaan semakin gaduh ketika para pengantre saling berteriak, mengekspresikan kemarahan mereka. Dalam sekejap, yang awalnya tenang berubah menjadi keributan. "Jangan gitu dong. Woy antre. Di sini sudah antre dari tadi. Jangan curang," teriak salah satu warga, yang menggema di antara deretan tabung gas kosong yang tergeletak di tanah.

Berita Terkait

News Update